Tuesday, October 16, 2012

Dua Ikon Dangdut dari Masa yang berbeda: Studi Kasus Inul Daratista dan Ayu “Tingting”


Dua Ikon Dangdut dari Masa yang berbeda:
Studi Kasus Inul Daratista dan Ayu “Tingting”

A.   Pengantar
“Dung.. Dang..Dung..Dang..Dut.. Dang..Dung..Dang..Dut..”. Begitulah Irama Gendang yang beriringan dengan perkusi, alunan gitar dan bunyi Organ, dan Suara Penyanyi dibarengi dengan goyangan, membentuk sebuah harmonisasi suara yang ciamik. Penonton terpukau, bersorak, bahkan ikut bergoyang. Layaknya lupa daratan, bebas, seakan melupakan beban yang ada. Untuk saat itu mereka terbebas, menjadi satu dan terhanyut dalam alunan Musik Dangdut. Dangdut menjelma menjadi sebuah alunan musik yang bercita rasa dan mewakili segenap peluh kesah masyarakat. Dari ketukan yang dapat mengajak segala umat ikut bergoyang, goyangan khas Dangdut, dan syair lagu yang mewakili perasaan masyarakat Indonesia khususnya kaum yang tertindas dan terpinggirkan. Bahkan, kerap kali Dangdut dicap sebagai musik orang susah. Walaupun begitu, dangdut merupakan hiburan masyarakat Indonesia yang paling digemari. Dimanapun Dangdut ditanggap, penonton akan memadati panggung. Masyarakat seakan telah menempatkan hatinya pada musik Dangdut, karena Dangdut Musik Rakyat, rakyat Indonesia.
Pada awalnya, kata dangdut sendiri dimaksudkan sebagai kata cemoohan atau ejekan bagi orkes Melayu dengan gaya Hindustan yang mengikuti suara tabla dengan cara membunyikan suara terentu sehingga terdengar “..dangduuut” (Banoe,2003:108). Dari definisi dangdut tersebut, dapat diketahui bahwa musik dangdut merupakan perpaduan dari musik melayu dan musik india, dan menghasilkan harmonisasi suara baru, yaitu Dangdut. Menurut Suseno, istilah Dangdut baru muncul dan dikenal luas pada tahun 1970-an, kata dangdut diindikasikan berasal dari bunyi kendang yang biasanya digunakan dalam pertunjukan dangdut, seperti tabla. Disaat itu Billi Silabumi yang pada awalnya hanya mengejek genre baru dengan kata Dangdut di media massa, maka sentak media menyebutkan musik campuran ini menjadi musik Dangdut (2005:24-27).
 Sebenarnya cikal bakal Musik Dangdut sendiri telah berkembang sejak tahun 1950an, berawal dari perkembangan musik yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan zaman disaat itu. Diawali dengan Musik Melayu Deli, Melayu Deli ini merupakan musik Indonesia dengan sentuhan Semenanjung Melayu. Lagunya terdengar sangat melayu, seperti lagu Mainang Sayang, Serampang Dua belas, dll. Setelah Deli Melayu, Unsur Pop yang telah terkenal dan sedang naik daun, membentuk Pop Melayu. Pada saat itu musik berkiblat pada genre pop dan pop Melayu. Adanya kebosanan dengan Pop, maka muncul nuansa musik unsur India, pada saat itu film India merajai perfilman dan acara televisi di Indonesia. Tak dipungkiri bahwa Musik India pada saat itu menjadi kiblat musik nusantara.
Setelah India, adanya nilai Agama yang kuat mempengaruhi unsure Timur tengah masuk ke dalam tataran musik Indonesia, dan saat itu musik Arabian atau timur tengah menjadi kiblat, seperti halnya kasidahan, dan lagu bertema Islam lainnya. Paska dari musik timur tengah, di dunia Internasional sedang berkiblat kepada musik rock. Unsure barat khususnya musik rock masuk dan kiblat musik pindah ke musik rock. Ketika unsure barat sedang digandrungi, tidak hanya rock yang berpengaruh, adalah musik latin dan fusion ikut menjadi kiblat musik dangdut. Setelah musik-musik rock dan barat mencapai puncaknya, muncul musik beraliran disco atau midi, Musik Dangdut langsung dengan cepat terinspirasi dan menjadi kiblat. Diantara jenis musik yang mempengaruhi, eksistensi musik tradisi atau daerah tetap terjaga, dimana musik dengan unsure etnik Indonesia naik dan menemani jenis musik lainnya. Musik daerah tetap mempunyai kekuatan tersendiri, seperti Didi Kempot, Trio Macan, dll (Suseno, 2005: 34-52).
Dari beberapa unsure dan pengaruh musik yang mempengaruhi Dangdut, terbukti bahwa dangdut merupakan musik yang melebihi genre musik biasanya. Dangdut dapat lebih adaptif sesuai perkembangan zaman. Hal ini merupakan keistimewaan dangdut, karena dangdut dapat menerima unsure musik dari mana pun untuk dikombinasikan dan menjadikan Dangdut lebih kaya akan unsure. Sehingga dalam perkembangannya Dangdut tidak akan pernah lekang oleh waktu atau zaman. Hal tersebut dibuktikan dengan pertunjukan Dangdut yang tidak pernah sepi. Dangdut menjelma sebagai sebuah nilai dalam masyarakat. Nilai kebersamaan hadir, media masyarakat untuk berkumpul, berbagi dan bersilahturahmi. Dangdut sebagai perayaan di setiap acara masyarakat. Bahkan, Dangdut dijadikan alat politik untuk mengumpulkan massa atau menjadikan bintang dangdut tersebut sebagai anggota partai, sehingga masyarakat melihat partai tersebut sebagai titisan bintang Dangdut tersebut. Hal tersebut terjadi ketika, Partai Golkar menggunakan Rhoma Irama sebagai lambang mereka (Weintraub, 2010: 148). Masyarakat terpesona dengan hingar bingar sang bintang Dangdut. Rhoma Irama sang Raja Dangdut.
Rhoma Irama, merupakan Raja sekaligus penggerak Dangdut. Rhoma mempunyai kekuatan Dangdut yang sangat besar, hal tersebut terbukti ketika Dangdut di tahun 1970an harus bersaing melawan Genre Rock. Rhoma datang dan memadupadankan keduanya menjadi sebuah harmoni tersendiri. Rhoma merombak Dangdut yang sangat melayu menjadi dangut yang lebih terbuka. Rhoma merubah segalanya, syair, alunan musik, instrumentasi. Rhoma merubah instrument dengan penggunaan alat musik yang belum pernah dicoba sebelumnya, seperti Saksofon dan keyboard. Rhoma merubah syair melayu yang cinta-cinta dan sedih dengan keadaan realitas sosial yang diakhiri dengan nasehat dan dakwah di setiap lagunya. Rhoma berhasil dan dia menjadi Raja Dangdut Indonesia. Kekuatan Rhoma tidak berhenti sampai disitu, hingga kini dia tetap berkecimpung di dunia Dangdut, sebagai penyanyi atau penasehat musik Dangdut.
Setelah Dangdut Rhoma, muncul kebosanan akan Dangdut yang halnya hanya bersifat dakwah. Dalam perkembangannya Dangdut yang diusung Rhoma tidak sendiri, ada Dangdut lainnya yang muncul disaat masa Dangdut Rhoma, yakni Dangdut Koplo, Dangdut yang hidup di Surabaya dan di Jalur Pantura. Dangdut Koplo lebih terkenal dengan konotasi negatif, yakni, jorok, erotis, atau pinggiran. Dalam musik, Dangdut koplo lebih mempunyai ketukan yang lebih cepat sehingga lebih enerjik. Para penyanyi juga tampil lebih berani dalam busana dan tarian. Dalam lagu mereka mengaransemen ulang dan menjadikannya dengan versi mereka. Tetapi dalam perkembangannya Dangdut Koplo makin digandrungi setelah kebosanan akan Dangdut Rhoma, karena matinya kreatifitas dan tidak adanya generasi penerusnya. Dangdut yang terinspirasi dari Dangdut Koplo muncul dan mulai menjadi idola hingga kini, dan muncul idola baru seperti Inul Daratista hingga Ayu “Tingting”. Paper ini akan membahas tentang Inul Daratista dan Ayu “Tingting”, karena sedikit perhatian dan pembahasan yang mendalam tentang dua ikon Dangdut di tiap masanya. Paper ini akan menguak masa Inul Daratista dan Ayu “Tingting” dan akan dililhat perbandingan antara kedua Ikon Dangdut tersebut.

B.   Pembahasan: Dua Ikon Dangdut Indonesia
Pada dasarnya, Dangdut kini memang terpengaruh dengan Dangdut Koplo, setelah mengalami kebosanan pada alunan Musik Dangdut yang biasa, Dangdut Koplo dilihat sebagai sesuatu yang lebih enerjik dan riang, yang dapat memberikan stimulus tersendiri terhadap para penikmatnya. Dangdut kini yang ke-koplo-koplo-an dalam perkembangannya juga mendapatkan banyak unsure musik dari jenis musik lainnya, seperti halnya Dangdut yang mengalami banyak masukan unsure. Dangdut kini juga memiliki sifat yang adaptif. Banyak pengaruh dari genre lain seperti, rock, melayu, pop, dan tren yang sedang bergulir kini, Korean Pop dan Japanese Pop.
Bila melihat kesuksesan Dangdut kini, tidak akan terlupa sejarah atau cerita tentang usaha dan eksistensi Dangdut kini yang sering dipojokan, disisihkan dan dilarang sehingga menjadi sebuah kontroversi. Masih teringat ketika masyarakat geger atas penampilan Dangdut Kini, dan Rhoma pun melarang dan mencekam Dangdut kini. Entah pelarangan Rhoma yang mengatasnamakan penodaan dangdut sebagai suatu keserakahan akan ketidakmauan rezim Dangdut Rhoma menurun atau benar-benar pembelaan akan Dangdut. Dangdut kini, Dangdut Koplo sebagai suatu yang kontroversial, dan kontroversial itu tetap bertahan dan tumbuh lebih besar yang memunculkan bintang Dangdut yang menjadi ikon Dangdut koplo atau dangdut baru yakni Inul Daratista hingga Ayu “Tingting” yang kini menjadi pedangdut paling laris dan paling digilai masyarakat Indonesia.

1.   Inul Daratista
Sebenarnya Dangdut Koplo telah berkembang sejak lama, tetapi dalam keberlangsungannya, tidak adanya titik poin yang menegaskan Dangdut Koplo berdiri sejajar dengan Dangdut melayu. Hal tersebut sejenak berubah, menginjak Tahun 2003, merupakan suatu keberhasilan tersendiri untuk Dangdut koplo pada umumnya, dan Inul Daratista pada khususnya. Dangdut Koplo pada akhirnya dapat naik ke permukaan dan berdiri setara dengan Dangdut Melayu yang Sopan dan Santun yang diciptakan Rhoma. Memang kemunculan Inul Daratista yang membawakan gaya Dangdut Koplo menjadi kontroversial untuk semua pihak, hal tersebut dapat terbukti ketika pada tahun 2003. Penulis teringat ketika pada tahun 2003, para Bapak-bapak dan Ibu-ibu di tempatnya tinggal menjadi gempar dan saling menanyakan “apa kamu sudah nonton video Inul? Ya ampun porno banget, jorok banget jogetnya”, ya memang pada tahun 2003, semua mata dan telingga tertuju pada sang penyanyi. Inul memang fenomenal, dan karena kontroversinya dia dapat bertahan dan bahkan menjadi ikon dangdut di masanya.
Sebelum beranjak lebih jauh lagi. Mengenal Inul Daratista dari sisi kehidupannya mungkin hal yang patut diperhatikan, agar kita dapat lebih objektif dalam menilainya. Inul Daratista, merupakan nama panggung dari Ainur Rokhimah yang lahir 33 tahun yang lalu. Lahir pada tanggal 21 Januari 1979 di Gempol, Jawa Timur dari Abdullah Aman dan Rufia sebagai anak pertama dari enam bersaudara. Dalam kehidupannya Ainur Rokhimah telah mempunyai pasangan hidup, yaitu Adam Suseno dan seorang anak bernama Yusuf Ivander Damares pada tahun 2009. Pernikahannya dengan Adam Suseno telah dilakukannya jauh sebelum Inul menjadi penyanyi terkenal (Heryanto, 2006: 288). Dilihat dari eksistensinya sebagai penyanyi, Inul bukanlah penyanyi “kagetan” atau penyanyi yang baru bernyanyi. Inul telah memulai karir bernyanyinya sejak tahun 1980an.
Inul memulai karir sebagai penyanyi dengan membawakan lagu Dangdut di daerah asalnya, maka tidak heran bila dangdut yang Inul bawakan sangat terpengaruh dengan Dangdut yang berkembang di daerah asalnya, yaitu Dangdut Koplo, sehingga baik sadar maupun tidak, Dangdut Koplo telah berpengaruh kepada Inul, baik terhadap cara bernyanyi, bergoyang, dan memilih lagu. Ketika Inul memulai debutnya di tahun 1980, Inul hanya mendapat Rp.3500,-, dari panggung ke panggung Inul bernyanyi. Lalu di tahun 2002, juga tidak ada yang menarik dengan karir Inul, Inul mulai merambah jenis musik yang lain. Inul menjadi penyanyi rock di kalangan lingkungan sekolah menengah atas di daerah asalnya, setelah itu Inul mulai merambah sebagai penyanyi di sejumlah hotel besar di Surabaya (Heryanto, 2006: 289). Tidak hanya itu, Inul juga tetap aktif menjadi penyanyi Dangdut dari Panggung ke Panggung.
Seperti halnya, dalam panggung di Surabaya atau di Pantura, setiap kegiatan panggung Dangdut atau sebuah Orkesan mempunyai dokumentasi yang direkam dan dijual secara bajakan. Sungguh tidak menyangka, video rekaman dari Inul tersiar secara perlahan dan menjadi gempar secara keseluruhan. Nama Inul sentak melejit dan naik ke permukaan. Tahun 2003 merupakan tahun dimana, Inul menjadi buah bibir semua kalangan, dan menjadi tahun kesuksesan untuk Inul. Di tahun 2003 penghasilan Inul dapat diperkirakan sebesar Rp. 700 Juta per bulannya. Semua mata tertuju padanya, hal tersebut dibuktikan dengan prestasi sebuah stasiun televisi yang menampilkan Inul selama 60menit di tahun 2003, sentak stasiun tersebut merauk keuntungan sebesar Rp.900 Juta untuk penampilan Inul saja. Inul memang datang dengan penuh kontroversi, tetapi dengan kontroversi yang datang bersama Inul, berdampak kepada penonton yang terfokus pada penampilan Inul sehingga menyebabkan Inul menjadi lebih terkenal.
Inul dalam bernyanyi mempunyai produktifitas yang baik. Hampir setiap hari Inul tampil di televisi. Inul dalam karir tarik suaranya telah mengeluarkan sekitar Sembilan album dangdut, lima album sebelum Inul terkenal, empat album setelah Inul terkenal. Sebenarnya di Lima album pertama, Inul tidak meraih keuntungan besar. Inul meraih keuntungan besar berkat beredarnya VCD rekaman pentas dari Inul, diperkirakan tiga sampai sepuluh juta keeping terjual (Heryanto, 2006:290). Tidak hanya dalam bidang tarik suara dan panggungnya, ketenaran Inul membuat Inul menjadi pemain sinetron dan film yang bisa dibilang “ajimumpung”. Berkat kontroversinya, Inul mendapat perhatian yang besar dari masyarakat, sehingga pundi-pundi keuntungan terus mengalir. Menyadari eksistensi Inul di televisi akan termakan zaman, maka Inul membuat usaha Karoke yang bernama Inulvista. Eksistensi Inulvista terjaga, dan menjadi lumbung penghasilan bagi Inul hingga sekarang.
Siapa yang tidak mengenal Inul Daratista, sang penyanyi Dangdut yang fenomenal. Semua mata tertuju padanya, tetapi akan lain soal jika dia dilahirkan lebih awal beberapa tahun, mungkin Inul tidak akan menjadi Inul yang sekarang. Selain teknologi masih pincang, industry hiburan masih kerdil dan dikekang oleh kekuasaan masa Soeharto. Inul datang di saat yang tepat, ketika reformasi sedang digalakan, ketika kebebasan dituhankan. Proses kekosongan yang terjadi ketika transisi dari masa Orde baru ke reformasi, merupakan pijakan Inul untuk naik ke permukaan. Masyarakat yang terstruktur oleh sistem Soeharto seakan dikagetkan dengan VCD dan penampilan Inul yang dikatakan sebagai tidak santun, nakal, porno, atau negatif. 
VCD Inul yang mempertontonkan tarian dan goyangan yang sensual, goyangan dari Inul yang dikatakan nakal dan terkenal dengan goyangan “ngebornya”, terlebih “shot” kamera yang mempertontonkan bagian-bagian yang tidak lazim, bahkan memperbesarnya. Busana Inul yang terlihat sexy dan mengecap di badannya, serta tata rias yang menor. Membuat para penonton tersentak. Sentakan tersebut menimbulkan pro dan kontra. Pro terhadap Inul bermuara dari para aktivis perempuan, para penggemar, dengan mengatakan bahwa Inul merupakan penyanyi yang blak-blakan dan enerjik. Inul merupakan lambang kejujuran dan penggerak dangdut. Bahkan Inul juga didukung oleh para pejabat pemerintahan di kota yang mencekalnya. Kontra juga terjadi dimana-mana, mulai dari para masyarakat, dari para pemuka Agama, bahkan Raja Dangdut tidak menyukainya. Penampilan Inul dikatakan sesuatu yang erotis, dan menodai citra Dangdut. Hingga pada tahun 2006, Rhoma menentang pertunjukan Inul dalam pembahasan anti pornografi, di dalam pembicaraan dengan DPR. Inul dicekal karena joged dan goyangan “ngebornya”. Setelah pencekalan, Inul mengurangi jogednya dan berpenampilan lebih sopan dari sebelumnya. Pada Akhrinya Karir Inul berhenti pada tahun 2008, setelah para penonton telah bosan dan banyaknya bintang baru dengan genre musik lainnya.
Inul Daratista, sang Ratu “Ngebor”, merupakan penyanyi yang fenomenal. Kontroversi yang ada pada dirinya, membuat Inul menjadi penyanyi Dangdut termahal bahkan menjadi Ikon Dangdut pada saat itu. Keberadaan Inul berpengaruh kepada Musik Dangdut hingga sekarang. Musik Dangdut Indonesia kini lebih beragam. Dari Goyangan Ngebor Inul, muncul goyangan lainnya, seperti goyangan “gergaji, “vibrator”, ngecor, dll. Inul merupakan penggerak Musik Dangdut, dia menggebrak Musik Dangdut yang Sopan dengan Dangdut yang Koplo. Dangdut yang serius dirubahnya menjadi Dangdut yang bebas dan penuh goyangan, sehingga Dangdut kini lebih berwarna. Inul merupakan pionir perubahan Dangdut, dia penggerak Musik Dangdut, dan karenanya kini muncul Inul-inul lainnya yang mewarnai musk Dangdut dan Musik Indonesia.

2.   Ayu Tingting
Setelah Inul Daratista, muncul penyanyi-penyanyi baru, seperti Dewi Persik, Julia Perez, Melinda, dan masih banyak lagi, tetapi dalam keberadaannya, para penyanyi tersebut belum dapat menyandingi kehebatan Inul Daratista. Hingga dalam mendapatkan penyanyi Dangdut yang fenomenal, banyak stasiun televisi membuat kompetisi penyanyi Dangdut yang dibuka untuk umum, dengan maksud ada yang dapat menandingi kejayaan dari pendahulunya. Kekosongan pada musik Dangdut terjadi, Dangdut mulai tenggelam lagi, terlebih perhatian masyarakat tertuju pada band-band Rock dan band-band beraliran Melayu setelahnya. Posisi Dangdut mulai terancam, walau beberapa penyanyi datang, tetapi mereka belum dapat sepenuhnya menyita perhatian masyarakat. Dangdut benar-benar di masa yang stagnan, telah banyak usaha dilakukan tetapi Dangdut dirasa membosankan oleh para pendengar. Setelah itu Dangdut kembali dengan mengusung para penyanyi yang mempunyai daya tarik di lagunya. Lagu-lagu yang bersyair nakal, lucu dan unik, naik ke permukaan.
Di saat itulah lagu “Alamat Palsu” dari Ayu “Tingting” muncul, dan menyita perhatian masyarakat. Hal tersebut juga dirasakan penulis ketika orang berbondong-bondong mengunduh lagu Ayu Tingting untuk didengarkan dan menjadikannya sebagai “ringtone” dari ponsel mereka. Lagu Alamat Palsu seketika menjadi lagu paling laris dan digandrungi oleh masyarakat. Ayu “Tingting” sebagai penyanyi juga secara cepat naik daun. Penampilannya merupakan tontonan yang paling ditunggu-tunggu, dan saat ini Ayu selalu tampil di Televisi setiap harinya. Ayu “Tingting” menjadi penyanyi yang fenomenal karena lagu Alamat Palsunya. Kini, siapa yang tidak mengenal Ayu “Tingting”, semua mata tertuju padanya.
Sebelum membahas lebih dalam lagi, mengenal Ayu “Tingting” dari segi kehidupannya dirasa penting agar dapat menilai sang bintang secara objektif. Ayu “Ting-ting” merupakan nama panggung dari Ayu Rosmalina. Ayu Rosmalina lahir di Depok pada tanggal 20 Juni 1992. Sebenarnya nama “Tingting” merupakan judul sebuah lagu yang dinyanyikan Ayu di album pertamanya yaitu geol ajep, pada tahun 2007. Lalu sang produser mengusulkan agar Ayu menambahkan nama “tingting” di belakang namanya, dengan maksud memudahkan diingat oleh penonton dan penikmat dangdut[1]. Sejak kecil Ayu telah berprestasi, dimulai dari menjadi bintang sari ayu 2006, Putri Depok 2006, Mojang Depok, Presenter Kuis, dan menjadi salah satu penyanyi di album dangdut, geol ajep 2. Karir Ayu sebagai penyanyi juga dibuktikan dengan sebagai salah satu penyanyi di Album Rekening Cinta, Album Goyang Sejati, Album Dangdut Yoo, Album Kamera Ria dan Album Dangdut Pro[2].
Menjadi penyanyi bukanlah hal yang baru untuk Ayu “Tingting”, karena sejak umur 4th Ayu telah mengikuti Ibunya yang bekerja menjadi penyanyi. Panggung Hiburan bukanlah hal yang baru untuknya. Dari wawancaranya, sebenarnya Ayu ingin menjadi Model, tetapi karena postur yang kurang memenuhi maka itu Ayu lebih terfokus sebagai penyanyi[3]. Ayu mulai bernyanyi lagu dangdut ketika duduk di bangku SMP. Lalu Ayu mencoba bernyanyi dari panggung ke panggung dan mulai mendapatkan penghasilan dari musik Dangdut. Sebenarnya Ayu “Tingting” sangat menyukai drama korea dan lebih menyukai musik korea, namun karena Ayu menyadari bahwa Dangdutlah yang dapat memberikannya penghasilan, maka Ayu tetap berada di jalur Dangdut. Hal tersebut tidak disadari terbawa dalam gaya dan penampilan dari Ayu, Ayu sangat modis dan berpakaian seperti layaknya gaya Korea yang sedang berkembang di Indonesia. Gaya korea yang telah menjadi inspirasi dalam berpakaian Ayu juga membedakannya dengan penyanyi lainnya yang lebih seksi dan heboh.
Untuk penghasilan yang diterima Ayu “Tingting” belum ada data yang jelas tentang besaran penghasilan setiap manggungnya. Tetapi dari sebuah tabloid yang bernama Gaul, mengungkap bahwa gaji Ayu sebesar Rp 2Milyar per bulannya. Hal tersebut dapat dikatakan masuk akal, karena penampilannya yang hampir muncul di televisi setiap harinya, juga pernyataannya di dalam tabloid Gaul edisi Oktober, jadwal menyanyinya sudah penuh. Ditambah ketika perayaan tahun baru, “Ayu Tingting” dibayar hampir Rp. 1Milyar di Bangka Belitung[4]. Penghasilan yang luar biasa besarnya sebagai bintang yang baru saja bersinar September lalu. Selain bernyanyi, Ayu juga merambah sektor presenter acara musik, sinetron, film, iklan, kolaborasi dengan beberapa artis dan menjadi brand ambassador banyak produk. Hal tersebut ia lakukan agar penonton tidak merasa bosan dengannya. Seakan Ayu ingin menunjukan semua bakat yang ia punya ketika ia masih berjaya. Sukses dengan lagu Alamat Palsu yang dapat bertahan selama tiga bulan, Ayu “Tingting” berencana mengeluarkan single baru di tahun 2012 ini. Lagu yang ia usung tidak pure dangdut, lebih kepada Musik House atau Koplo. Pengaruh Inul akan musik dangdut yang lebih enerjik juga telah dianut oleh Ayu.
Menurut penulis Ayu “Tingting” merupakan penyanyi yang beruntung dan datang di saat yang tepat. Hal tersebut dibuktikan dengan lagu Alamat Palsu yang rilis album 2007 tetapi baru terkenal pada tahun 2011. Pada tahun 2007 masa Inul sedang berjaya, semua penyanyi Dangdut berbondong-bondong masuk dapur rekaman, dengan harapan mengikuti jejak Inul. Pada saat itu Dangdut dapat dikatakan sedang liar-liarnya, semua macam joged dan goyangan yang diandalkan, sedangkan Ayu Tingting dalam videonya, hanya layaknya penyanyi biasa yang tidak menonjolkan apa-apa. Dengan setting di puncak dan rumah seperti villa, Ayu bernyanyi bersama bunga-bunga, memakai busana yang kurang menarik. Sehingga tidak ada yang dapat dijual pada saat itu. Ayu telah kalah dan tenggelam pada saat itu.
Lalu ketika Dangut mengalami masa kebosanan, adanya usaha mencari lagu-lagu yang mempunyai nada syair yang nakal, lucu dan unik terangkat. Seperti lagu Kucing Garong dan Cinta satu malam yang telah terkenal sebelumnya. Lagu Alamat Palsu akhirnya mendapat kesempatan dan meraih gemilang pada tahun 2011. Ketenaran Ayu bukan lagi merupakan usaha darinya, tetapi usaha dari produser yang mempunyai strategi agar dangdut kembali lagi menjadi raja di Indonesia. Tetapi ada yang membedakan antara lagu Alamat Palsu dengan lagu-lagu seperti Cinta satu malam milik Melinda, dan Kucing Garong milik Trio Macan. Trio Macan mengusung gaya dangdut yang klasik, gaya dangdut daerah, sedangkan Melinda mengusung gaya disko, yang pada saat itu sedang gempar dengan musik Melayu. Maka itu kegemiliangan mereka tidak dapat menandingi “Ayu Tingting”.
Ayu “Tingting” ada dalam waktu yang tepat, Ayu masih Muda, mempunyai wajah oriental, dan memiliki kulit yang putih, yang pada saat itu industri musik Indonesia sedang berkiblat pada Musik Korea, ditambah dengan gaya busana dan rambut yang dimiliki Ayu Tingting merupakan gaya layaknya para penyanyi dan bintang Korea. Demam masyarakat akan korea lah yang seakan merubah cara berfikir masyarakat untuk menyukai Ayu “Tingting”. Televisi pada saat itu hanya menyiarkan film korea, gaya-gaya korea, sehingga merubah cara padang masyarakat akan mereka yang cantik adalah yang bergaya dan mempunyai muka oriental. Lalu di saat itulah Ayu masuk dengan gaya yang sudah sesuai, dengan kesempatan pencarian lagu yang sesuai. Karena itulah Ayu pada akhirnya menjadi penyanyi dangdut tersukses
Ayu “Tingting” merupakan sebuah fenomena, ketika Dangdut sedang mengalami kemunduran dan kebosanan. Ayu datang dan menjadi pionir penghidupan kembali dari Musik Dangdut. Dengan kehadiran Ayu “Tingting”, dangdut kembali dalam eksistensinya. Setiap acara televisi di tiap malamnya berisikan tentang Dangdut, sejak sore hingga larut. Dangdut kembali pada jalurnya. Setiap Acara kembali mengibarkan bendera Dangdut sebagai puncak acara mereka. Ayu “Tingting” adalah Ikon dangdut kini Berkat kecerdikan Ayu “Tingting” lah yang mengembalikan masa kejayaan Dangdut dan memperkuat eksistensi Dangdut lagi.

C.   Analisis: Inul Daratista dan Ayu Tingting: Perbandingan Dua Ikon Dangdut dalam Masa yang Berbeda
Dari Inul Daratista hingga Ayu “Tingting”, siapa yang tidak mengenalnya. Kedua penyanyi ini merupakan Ikon Dangdut di masanya masing-masing. Kedua Ikon Dangdut ini mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan Dangdut dan mengembalikan kejayaan Dangdut lagi. Kedua Ikon hadir dalam kedaan sosial budaya masyarakat yang berbeda, dan menghadapi selera pasar masyarakat yang berbeda pula. Tetapi dalam keberlangsungannya dapat dilihat persamaan dan perbedaan, hal ini dimaksudkan agar memperluas perkembangan Dangdut dari masa ke masa. Serta melihat kejayaan Dangdut dari dua masa yang berbeda.

1.   Persamaan antara Inul Daratista dan Ayu Tingting
Persamaan yang dicari, bukanlah persamaan dalam bentuk raga atau sifat, tetapi persamaan disini lebih kepada persamaan nilai-nilai yang cakupannya lebih besar, teranalisis dan memperkaya nilai seni dari kedua Ikon Dangdut, Inul Daratista dan Ayu “Tingting”.
Pertama, kedua Ikon sama-sama mengganti nama mereka dari nama aslinya. Seperti halnya Ainur Rokhimah menjadi Inul Daratista dan Ayu Rosmalina menjadi Ayu “Tingting”, pergantian nama dilakukan agar maksud dan tujuannya, lebih mudah dikenal dan diingat oleh para pendengar dan penggemar. Sebenarnya pergantian nama telah terjadi sejak dulu dan ada dalam beberapa kasus. Dalam buku Tayub milik Rochana juga terjadi penggantian nama dari para tayub. Ketika nama yang telah dimiliki sejak lahir yang diberikan oleh orang tua dirasa kurang menguntungkan. Oleh karena itu diupayakan mengubah atau menambah nama yang telah dimiliki. Perubahan nama yang dilakukan lebih banyak dengan cara menambah nama agar lebih menarik. Penggunaan nama di atas panggung itu dianggap dapat mengangkat popularitas dan membawa berkah bagi diri mereka, sehingga menjadikannya laris. Di samping itu dengan nama tersebut mereka lebih mudah dikenal oleh public (2010: 316). Soedarsono dalam Kongres kebudayaan di Yogya juga mengungkapkan perubahan nama telah dilakukan sejak tahun 1950an, dengan harapan agar lebih terkesan “miyayeni”, yaitu nama-nama yang sering digunakan oleh kalangan bangsawan dan bukan nama-nama yang terkesan orang desa. Penggantian nama dianggap penting karena berhubungan dengan kesuksesan para ikon.
Kedua, dua Ikon ini dalam awal kesuksesannya merupakan hal yang tidak disangka-sangka. Untuk menuju kesuksesannya para Ikon ini membutuhkan waktu yang dapat dikatakan cukup lama. Seperti halnya saja, Inul Daratista, yang telah memulai debutnya sejak 1980 dan berkonsentrasi sejak 1998an, harus menunggu hingga tahun 2003 untuk menuju pintu kesuksesannya. Sedangkan Ayu “Tingting”, yang telah merilis lagu Alamat Palsu sejak 2007, harus menunggu hingga tahun 2011. Adanya proses yang panjang bahkan sudah tidak dikira-kira. Hal ini lalu berhubungan dengan persamaa kedua Ikon, yang sama-sama ada di waktu yang tepat. Inul Daratista naik ketika masa reformasi digalakan, masa dimana juga terjadi kebosanan dengan alunan musik Dangdut Rhoma. Lalu, Ayu “tingting”. Naik ketika masa kebosanan dan usaha dalam mengembalikan kejayaan dangdut. Arnold Hauser menyatakan bahwa seni pertunjukan selalu mengikuti perkembangan selera masyarakat pendukungnya. Keberadaan seni dan masyarakat saling mempengaruhi, pada satu sisi masyarakat mempengaruhi seni, dan pada sisi lain seni mempengaruhi masyarakat (1974:93). Dalam kasus ini, kedua Ikon dapat membuat moment yang pas yang dikaitkan dengan keadaan yang terjadi saat itu.
Ketiga, dua ikon ini dalam musik sama-sama mengusung dangdut yang lebih enerjik atau koplo. Tidak dapat dipungkiri bahwa, musik Koplo yang bekembang di Surabaya yang lebih enerjik, mempengaruhi cara bermusik dari kedua Ikon ini. Andrew Weintraub dalam bukunya “dangdut Stories”, memang menyatakan bahwa Dangdut Koplo yang basisnya daerah, telah menyebar ke segala penjuru tanah air, dan mempengaruhi dangdut sekarang (2010). Dalam Kasus ini, kedua Ikon sama-sama berada dalam jalur dangdut yang sama, jalur dangdut yang lebih bebas. Dalam Soedarsono, menjelaskan bagiamana sebuah hal yang telah lama dan membekas memberikan pengaruh terhadap perkembangan sebuah hal, contohnya saja, banyak tarian-tarian yang terpengaruh masa Hindu, Islam, Kristen, dll. Adanya pengaruh yang besar secara tidak sadar masuk dalam tataran perbuatan (2002:8-73). Sama halnya dengan Dangdut kedua Ikon, Inul Daratista dan Ayu “Tingting” secara tidak sadar atau sadar memilih lagu yang lebih enerjik atau dapat dikatakan Koplo sebagai lagu yang mereka bawakan.
Keempat, kedua ikon sama-sama fenomenal. Inul Daratista dan Ayu “Tingting”, tidak dipungkiri memang penyanyi yang fenomenal. Fenomenal disini adalah berhubungan dengan penggerak Dangdut. Inul menjadi fenomenal ketika dia membawakan lagu dangdutnya tidak berada di jalur dangdut yang sopan. Inul datang menawakran warna lain dari dangdut, Inul memberikan realitas sosial yang ada. sedangkan Ayu “Tingting” merupakan penyanyi yang fenomenal, karena di tahun 2011, semua mata tertuju padanya. Ayu “Tingting” merupakan artis yang datang dengan lagu yang sederhana tetapi sangat disukai. Kemunculan Ayu “Tingting” juga tidak disukai dengan pernyataan kampong atau jelek, dll. Tetapi karena kontroversi yang muncul, eksistensinya dapat terus bertahan, dan secara khusus ini merupakan penggerak untuk musik dangdut.
Kelima, Kedua Ikon dangdut ini mengawali karirnya, tidak dengan kagetan. Keduanya telah menjadi penyanyi sejak dahulu, hal tersebut dibuktikan dengan karir Inul yang memulai karir bernyanyinya sejak 1980, dan Ayu “Tingting” yang telah menyanyi sejak di bangku SMP. Kedua ikon juga mengawali karirnya dengan membawa dangdut sebagai pembeda mereka. Dalam buku Tayub milik Rochana, menyatakan dalam menjadikan seorang tayub yang baik, perlu dilakukan pembinaan, pelatihan, yang dimaksudkan agar menjadi penyanyi yang benar-benar memumpuni (2010:314). Dalam kasus ini, usaha yang dilakukan oleh para Ikon merupakan usaha seperti halnya menjadi tayub, mereka belajar dan memulai karir sejak dini, sehingga mereka mendapatkan proses pembelajaran serta pembentukan untuk identitas mereka.
 Inul Daratista dan Ayu “Tingting”, telah melakukan peleburan berupa adaptasi dan kombinasi yang terkadang menyesuaikan masyarakat dan kesempatan yang ada. Tepai kedua Ikon tetap berpegang teguh kepada identitas mereka dan karakter mereka. karena masyarakat pada dasarnya menyukai mereka berdasarkan permulaan yang muncul. Eksistensi kedua Ikon juga sangat baik, karena walau jangka waktu kesukesan mereka bisa dibilang agak lama, tetapi mereka tetap fokus pada hal tersebut. Sehingga di waktu yang tepat mereka sama-sama menjadi penyanyi dangdut yang fenomenal dan penggerak dangdut berdasarkan waktu yang berbeda dan kondisi yang berbeda.

2.   Perbedaan antara Inul Daratista dan Ayu Tingting
Perbedaan antara kedua Ikon pasti terjadi, tetapi perbedaan yang akan dilihat disini bukanlah perbedaan yang umum tetapi lebih kepada perbedaan yang bersifat khusus tetapi mempunyai nilai yang menyeluruh.
Pertama, yang membedakan kedua Ikon adalah perbedaan aksi panggung dari kedua Ikon atau Joged. Menurut Rochana, Joged, sebagai penari tayub berperan menyampaikan kecantikan yang dimiliki seorang perempuan yang memancarkan keindahan. Kecantikan dalam arti tidak hanya menunjuk pada kecantikan lahiriah tetapi juga kecantikan batiniah. Melalui gerak-grak tari yang ekspresif dan kepekaan terhadap karawitan, seorang joged akan dapat mengungkapkan keindahan untuk berinteraksi. Untuk menambah daya tarik, mereka sangat memperhatikan penampilan fisik melalui penataan rias dan busana (2010: 311). Hal tersebut juga berpengaruh kepada Dangdut, Joged dan goyang mempunyai nilai yang penting pada hal ini, tetapi ada yang membedakan nilai joged yang dilakukan kedua Ikon. Thomas Turino dalam bukunya Music as Social Life menyatakan bahwa dance terbagi menjadi dua, yakni dance for participant dan dance for presentation (2008: 184).Inul dalam penampilannya mengusung tari yang membutuhkan partisipasi, adanya ajakan menari untuk menonton, semua bergoyang, pengalamannya sebagai penyanyi panggung juga yang menyebabkan Inul lebih kepada partisipasi. Sedangkan Ayu “Tingting” lebih kepada penampilan tari yang hanya dipresenstasikan, atau dipertontonkan saja. Bila halnya Ayu kurang banyak melakukan Interaksi dengan para penonton atau mengajak mereka menari secara personal, hal tersebut mungkin disebabkan, perebedaan sektor pengalaman.
Kedua, perbedaan juga ditemukan pada nilai joged atau implikasi joged yang dilakukan kedua ikon, ketika Inul menari, tanggapan kontroversi pasti muncul, karena Inul dikatakan sebagai tarian yang erotis, joged yang mengundang sensualitas. Sedangkan joged yang dilakukan Ayu tidak lah terlalu heboh, sehingga tidak ada kontroversi yang muncul, joged ayu hanya dalam tataran tontonan atau nilai jogednya hanya sebagai joged pelengkap. Dalam buku Rochana menyatakan bahwa seperti halnya  tayub, dangdut juga memiliki nilai tersendiri. Dangdut merupakan tari rakyat, dangdut sebagai lambang keseburan. Tari bersifat erotis, tayub bersifat erotis itu terkait dengan pertunjukan yang mengandung sensualitas dan seksualitas. Sensualitas dan seksualitas tampak pada dominasi gerak tari goyang pinggul yang dilakukan oleh para joged. Tayub mempunyai makna sebagai simbol kesuburan, melambangkan pertemuan antara laki-laki dan perempuan. Sifat erotis yang melekat pada pertunjukan tayub menyebabkan pertunjukan tayub sering dianggap mengeksploitasi masalah seksual. Anggapa itu tidak benar, karen dalam pertunjukannya tidak menghadirkan secara vulgar masalah seksual. Seksualitas muncul pada tingkat fantasi dan imajinasi penonton (2010: 214-218). Nilai joged kedua ikon berbeda. Joged yang sebagai lambang kesuburan pada wanita tayub juga sebagai tontonan rakyat sama-sama dimiliki kedua Ikon, yang membedakan, Ayu tidak mempunyai nilai erotisme.
Ketiga, perbedaan dari kedua Ikon, adalah ekspetasi dari dangdut itu sendiri. Terkadang tujuan dari dangdut itu sendiri terkadang menjadi terpoles ketika menyesuaikan keadaan. Seperti yang dikemukakan Timbul Haryono, bahwa seni terbagi menjadi dua, seni untuk seni, dan seni untuk pasar. Seperti halnya Inul Daratista, Inul lebih menunjukan Seni untuk seni, dia melakukan penampilan melakukan pertunjukan berdasarkan kepentingan seni, dari awal Inul menjadi penyanyi akan tetap seperti itu, Inul tidak merubah tarian atau gayanya seperti permintaan pasar. Sedangkan Ayu lebih pada Seni untuk pasar. Ketenaran dan gaya Ayu berubah drastis dari video Alamat Palsunya dengan gaya korea yang ada sekarang, dia mengikuti apa yang sedang terjadi di pasar. Yang menguntungkan dia dapat bertahan hingga sekarang.
Keempat, perbedaan pengalaman, kreatifitas dan konsentrasi juga ada pada kedua ikon dangdut ini. Pengalaman Inul dapat dikatakan lebih banyak dan lebih menantang, menghadapi dangdut pantura yang lebih liar, Inul mempunyai pengalaman Panggung yang lebih baik, sehingga menyebabkan Inul lebih matang di panggung. Sedangkan Ayu, dalam pengalaman panggungnya, lumayan banyak tetapi kondisi yang dihadapi bukanlah hal-hal seperti yang Inul hadapi. Ayu menghadapi masyarakat Dangdut yang lebih tenang dan teratur. Dari segi kreatifitas. Inul dalam kreatifitas penciptaan lagu dapat terbilang baik, Inul aktif mengeluarkan album dan lagu-lagu sebagai lagu miliknya. Sedangkan Ayu dalam kreatifitas dapat terbilang agak lambat, karena dalam jangka waktu yang lama, Ayu tetap mengandalkan lagu Alamat Palsunya saja. Berselang tiga bulan, barulah Ayu mengeluarkan singel lagu lagi. Perbedaan lainnya adalah konsentrasi, ketika Inul naik daun, Inul lebih berkonsentrasi pada aktifitas bernyanyi saja. sedangkan Ayu lebih membaginya ke beberapa kegiatan yang menghasilkan seperti menjadi presenter, MC, dll.
Kelima, perbedaan antara kedua Ikon terletak pada fenomena yang ada. Inul menjadi fenomenas ketika dengan goyang ngebornya, semua orang pada saat itu berbondong-bondong membeli VCD Inul, sehingga menyebabkan lebih banyak VCD yang terjual daripada CDnya. Inul terkenal karena ngebornya, selain suara Inul yang bagus. Jadi Inul dalam audio dan visual lebih menarik diwaktu awal kesuksesannya. Sedangkan Ayu, dengan Video yang seperti itu, fenomana yang terjadi ada pada audionya saja. Lagu Ayu dikatakan lucu dan unik, dengan kritertia suara yang bagus. Penyampaiannya hanya sebatas audio saja. Hal tersebutlah yang membedakan cara pendistribusian kedua Ikon.
Perbedaan Kedua Ikon pasti terjadi, hal tersebut dikarenakan kondisi yang berbeda, kontroversi atas mereka juga berbeda. Walaupun demikian, kedua Ikon tersebut merupakan sang fenomenal, karena dengan penuh kontroversi yang ada, mereka tetap dapat bertahan. Bahkan mereka dapat merubah Dangdut dan menghidupkan Dangdut kembali. Tanpa mereka Musik Dangdut tidaklah berkembang dan disukai lagi seperti halnya sekarang. Mereka adalah sang Ikon, penggerak dan pembangkit musik dangdut, “Inul Daratista dan Ayu Tingting”.

D.  Daftar Pustaka
Banoe, Pono.
          2003           Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.
Hauser, Arnold.
1974           The Sociology of Art, Trans. Kenneth J. Northcott (Chicago and London: The 
                   University Press.
Heryanto dalam Yampolsky, Philip, et al.
2006           Perjalanan Kesenian Indonesia Sejak Kemerdekaan: Perubahan dalam 
                   Pelaksanaan, Isi dan Profesi. Jakarta: Equinox Publishing Indonesia.
Rochana W. Sri.
          2010           Tayub di Blora Jawa Tengah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Soedarsono, R.M. 
2005           Wayang dan Kehidupan Sosial Masyarakat Jawa dari masa ke masa. Makalah 
                    kongres kebudayaan Internasional di Yogyakarta
          2002           Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada 
                              University Press
Suseno, Dharmo Budi.
2005           Dangdut Musik Rakyat. Yogyakarta: Kreasi Wacana
Turino, Thomas.
2008           Music as Social Life. Chicago: The University of Chicago Press.
Weintraub, Andrew N.
            2010           Dangdut Stories , A Social and Musical History of Indonesia’s Most Popular 
                               Music. New York: Oxford University Press, inc.

Acara Televisi
Program Acara Kiss yang ditayangkan di Indosiar pada tanggal 11/12/11 pada jam 15.19
Tabloid Gaul edisi Oktober 2011
Website
http://ayuting2.blogspot.com diakses pada tanggal 4 Januari 2012.
www.vivanews.com tentang Ayu Tingting bergaji 1MIlyar, pada tanggal 29Desember2011 pada jam 12.27


[1] Program Acara Kiss yang ditayangkan di Indosiar pada tanggal 11/12/11 pada jam 15.19
[3] Program Acara Kiss yang ditayangkan di Indosiar pada tanggal 11/12/11 pada jam 15.19
[4] www.vivanews.com tentang Ayu Tingting bergaji 1MIlyar, pada tanggal 29Desember2011 pada jam 12.27

No comments: