Tuesday, October 16, 2012

Musik China: Keberadaan dan Perkembangan Musik Etnik Sebagai Identitas Budaya


Judul Makalah:
“Musik China: Keberadaan dan Perkembangan Musik Etnik sebagai Identitas Budaya”

A.    Latar Belakang
“Belajarlah hingga ke Negeri China”, sebuah peryataan dari Ir. Soekarno dalam rangka memotivasi anak bangsa untuk mencontoh kegigihan dari bangsa China dalam berjuang dan belajar. Ya, siapa yang tidak mengetahui Bangsa China, China sebagai bangsa merupakan bangsa yang mempunyai etos kerja yang baik, sehingga menjadikan Negeri Tirai Bambu tersebut menjadi Negara yang maju dan menjadi percontohan. Tidak hanya pada kemajuan, China mempunyai pengaruh yang kuat pada kebudayaannya. China dalam perjalanan sebagai sebuah bangsa, memiliki cerita yang panjang, dalam Buku History of China karangan Wolfram Eberhad, China’s history began either about 4.000 B.C or about 2.700 B.C. with a succession of wise emperors (1950:4). Dari langkah munculnya bangsa China, Sinanthrious Pekinensis merupakan ras para manusia China, dan pada 2.205 B.C. Xia Dinasti muncul sebagai dinasti China pertama, lalu dilanjutkan pada  247 B.C. Shang Dinasti muncul, dan dinasti lain pun muncul. Hal tersebutlah yang menjadi cikal bakal kebudayaan China. Kebudayaan China terus berkembang hingga saatnya partai Komunis milik Mao Zedong memipin serta merubah China menjadi Negara Adi Kuasa Asia, dan menjadi China sekarang. Tetapi walaupun China berkembang sangat pesat, mereka tetap mempertahankan nilai Kebudayaan dan selalu menjunjung tinggi. Hal tersebutlah yang membuat kebudayaan China terus terjaga.
Sebelum melangkah lebih jauh, adapun definisi dari kebudayaan itu sendiri, kebudayaan  adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Tindakan seperti naluri, refleks, dan beberapa tindakan akibat fisiologi dan kelakukan membabi buta, merupakan tindakan yang tidak membutuhkan belajar. Tetapi dalam pelaksanaannya tindakan naluri seperti makan minum serta berjalan merupakan tindakan kebudayaan, karena kesemua hal tersebut membutuhkan belajar sebagai tindak lanjut (Koentjaraningrat,1980:194). Sedangkan dalam buku Irhomi, Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang manapun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau diinginkan. Setiap masyarkat mempunyai kebudayaan, bagaimanapun sederhananya kebudayaan itu dan setiap manusia adalah makhluk berbudaya, dalam arti mengambil bagian dalam suatu kebudayaan. Sebuah kebudayaan, jika para warga memiliki bersama sejumlah pola-pola berpikir dan berkelakukan yang didapat melalui proses belajar (1980:16-20). Adapun Cultural Universal dari kebudayaan, yakni: Bahasa, Pengetahuan, Sistem Kekerabatan, Teknologi, Mata Pencaharian, Religi dan Kesenian. Unsur-unsur tersebutlah yang membentuk kebudayaan, termasuk China.
Dari unsur-unsur kebudayaan tersebut, membicarakan kebudayaan China tidak akan ada habisnya, selain perkembangan kebudayaan yang pesat, satu unsur dengan unsur lainnya saling terbangun sehingga membicarakan kebudayaan China akan menjadi pembahasan yang panjang. Maka dalam makalah ini, pembahasan akan bangsa China akan lebih difokuskan kepada lingkup kesenian, khususnya adalah Musik China. Pembahasan Musik China disini, akan ditujukan pada “teks” dan “konteks” dari Musik itu sendiri. “Teks” dari Musik China yang akan dibahas adalah musik etnik China, seperti halnya Alat Musik Etnik. Sedangkan “konteks” dari musik tersebut adalah seperti fungsi penggunaan dari alat musik, perkembangan alat musik, hubungan alat musik dengan kebudayaannya, persebaran Alat Musik dan sebagainya. Sehingga persoalan dari pembahasan akan menjadi jelas dan terfokus pada Musik Etnik China.

B.     Pembahasan
  1. Negara China dan Sejarahnya
Republik Rakyat China, merupakan sebuah Negara yang mempunyai luas wilayah sebesar 9.596.960 Km², terbesar kedua di Dunia. Negara di Asia Timur ini mempunyai populasi penduduk sebesar 1, 16 Miliar (G.I.O., 1993:8). Dengan suku Han sebagai suku etnik di China terbanyak, dan sisanya sebanyak 55 suku minoritas di China seperti halnya Manchu, Mongolian, Tibetan, Gerbau, dll. Dengan etnis yang banyak, bahasa pun juga beragam, tetapi mereka menyatukannya dengan bahasa nasional mereka, yakni Mandarin. Untuk dialek China diklasifikasikan menjadi, Mandarin, Hsiang, Kan, Hakka, Wu, Miri, dan Yue. Dialek Mandarin digunakan 2/3 masyarakat China. Agama di China di dominasi oleh Taoism lalu Buddhism, Folk Religion, I-Kuan Tao, Grup Agama Independen, Kristen dan Islam. China beribukota di Peking, atau sekarang kita kenal dengan nama Beijing. China merupakan Negara komunis, tetapi memiliki sistem pemerintahan Republik. Presidennya kini adalah Hu Jintao, dan Perdana Menterinya bernama Wen Jiabao. Sistem pemerintahan China juga menggunakan sistem Eksekutif, Legislatif dan Yudiktatif dalam melaksanakan pemerintahanya. China sangat mengedepankan aspek ekonomi, dimana China sangat membangun sektor perekonomian melalui bidang Industri, Pertanian, dan Jasa Servis dalam menyeimbangkan perekonomian China.
China, memang hanya ada kata takjub dengan perkembangan Negara China, dimana mereka sangat giat dalam membangun Negaranya, tetapi tidak kalah menariknya, sejarah dari Negeri China tersebut, dimana sejarah tersebut menceritakan sebuah kenyataan yang tidak kalah hebatnya dari masa kini, dapat dikatakan bahwa mereka tetap mejadi yang terdepan dalam konteks jaman. China telah berkembang sejak dahulu kala, dimana diawal penulisan telah diungkap bahwa masyarakat China telah membentuk sistem Dinasti sejak 2.205 sebelum Masehi, maka dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan China telah berkembang sejak lama. Adapun sejarah dari Negeri China ini, yakni dimulai dari Zaman prasejarah. Pada Zaman Prasejarah, ditemukan sebuah tengkorak yang diperkirakan berasal dari 400.000 tahun S.M. di provinsi Shanxi, dan empat puluh tahun sebelumnya, juga ditemukan fosil Sinanthropus Pekinensis yang dikenal dengan manusia Peking (Taniputera, 2008:33). Sekitar 6000-5000 SM ditemukan kebudayaan Yangshao dan Longshan sebagai awal masyarakat dalam menetap dan bercocok tanam. Mereka juga telah membuat tembok berkeliling pada desa pemukiman mereka. Kebudayaan Yangshao dan Longshan telah mengenal budaya keramik. Hal tersebut juga berpengaruh pada kebudayaan Dawenkou, Majiabang, Liangzhu dan Majiayao. Pada saat inilah mereka mulai mengenal tulisan dalam bentuk goresan atau garis.
Selanjutnya adalah berdirinya sistem dinasti. Xia, merupakan sistem Dinasti pertama yang tercatat pada sejarah. Dimana kerajaan Xia telah menggunakan sistem pemerintah turun menurun, dan pembangunan kerajaan yang megah dan sebagai pemegang kekuasaan penuh. Dinasti Xia ini mengalami gejolak dalam perkembangannya, seperti adanya serangan dari bangsa barbar, konflik internal, dan ketamakan raja, dan dari situlah alasan hancurnya dinasti Xia, dimana seorang raja bernama Jie, menghamburkan uang kerajaan disaat keadaan sedang kacau. Timbulah perselisihan, dimana Tang seorang raja dari Shang, yang merupakan Negara bagian dari Xia, berhasil menumbangkan Dinasti Xia, dan membangun Dinasti baru bernama Shang. Dinasti Shang terjadi pada 1766-1122 SM, dan pada Dinasti inilah awal dari masa Sejarah China, dimana pada Dinasti Shang meninggalkan bukti tertulis sebagai bukti dari sebuah kerajaan. Pada dinasti Shang ini merupakan awal perkembangan yang sangat pesat dari China, dengan mempelajari kesalahan dinasti sebelumnya, mereka menguatkan perkembangan pada sektor-sektor pembangunan, bahkan pada dinasti ini telah mengenal perunggu. Pembangunan dinasti Shang terjadi pada awal-awal dari kerajaan Shang itu sendiri, silih berganti raja mengakibatkan kemelut dan cara memimpin yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan kemunduran kembali. Kemunduran yang paling parah adalah saat raja Zhouxin memimpin, dimana sang raja melakukan pembunuhan-pembunuhan kejam kepada orang bijak. Protes terhadap kekerasan itu pun berlangsung, dan seorang adipati bernama Ji Chang merelakan dirinya agar ditangkap untuk menghentikan kekejaman raja, dan pada saat dalam tahanan, adipati mulai mempelajari seni musik dan menciptakan sebuah karya musikal berjudul Jiuyoucao. Akhirnya Ji Chang dibebaskan setelah puluhan tahun dalam penjara. Setelah keluar dari penjara, Ji Chang membentuk pasukan untuk memerangi kerajaan Shang, dan dari situlah hancurnya dinasti Shang. Pada dinasti inilah perkembangan Seni Musik mulai terbentuk.
Dinasti selanjutnya adalah dinasti Zhou, dinasti Zhou terkenal dengan ajaran filsafatnya seperti Kong Fuzi, Konfusianisme, Daois, Legalisme, Mozi, Perang Sunzi. Pada zaman ini juga telah mengenal sistem mata uang. Bila pada dinasti Shang mulai terbentuk Seni Musik, pada dinasti Zhou, seni musik berkembang pesat, hal itu terbukti dengan ditemukannya beberapa perangkat alat musik lonceng. Alat musik tersebut terbentuk atas tiga belas lonceng dan diletakan di makam bagian depan. Penemuan lainnya adalah lonceng pada makam bangsawan di abad 5SM, yaitu ditemukan 65 lonceng yang tersusun perbagian, balok teratas berisikan 19 lonceng, tingkatan tengah 33 lonceng, terbawah 13 lonceng. Hal tersebut menyimpulkan bahwa para bangsawan sangat mencintai musik. Dinasti Selanjutnya adalah Dinasti Qin, pada dinasti sebelumnya, sistem kerajaan lebih berbentuk otonom, sehingga muncul kerajaan-kerajaan lain, tetapi pada masa dinasti Qin ini, semua kerajaan dan daerah mulai bersatu menjadi cikal bakal Negara China. Ying Zheng merupakan pemersatu semua daerah dan menamakan dinasti Qin sebagai pusat dari semua daerah. Dinasti selanjutnya adalah Dinasti Han, Dinasti ini melanjutkan sistem pemersatu daerah kekuasaan dinasti Qin yang gagal karena adanya pemberontakan. Pada Dinasti ini, Liu Bang sebagai raja Dinasti Han menjadikan semua saudaranya sebagai gubenur dari semua daerah kekuasaannya. Hancurnya dinasti Han terjadi karena konflik internal serta kurang bijak dan dewasanya para gubenur utusan Dinasti Han yang mengakibatkan intrik istana, pemberontakan masyarakat seperti kelompok topi kuning, suku barbar Qiang, dan Kudeta dari Cao Bei yang mendirikan Dinasti Wei. Pada Dinasti Han terbentuk seni arsitektur, lukis, kesusastraan, dan pembentukan sebuah departemen musik bernama Yuefu, yang bertugas mengumpulkan nyanyian dan sajak pada masyarakat, dan dinyanyikan pada malam hari. Yeufu juga bertugas mengumpulkan semua alat musik dari segenap penjuru China. Pada masa Dinasti Han, mulai masuknya juga Agama Buddhis.
Masa selanjutnya adalah pecahnya lagi kekuasaan atas satu pemerintah pusat, pada masa selanjutnya timbul tiga kerajaan, yakni: kerajaan Wei, Shu dan Wu. Ketiga kerajaan itu berkembang dengan sendirinya, tetapi tetap ada saja konflik daerah kekuasaan dan konflik tersebut terpecah pada saat penyerangan kerajaan Shu oleh Kerajaan Wei, tetapi pada akhirnya Kerajaan Wei kandas dan dikuasai Kerajaan Shu, selanjutnya Kerajaan Shu juga mengkudetakan Kerajaan Wu, dan mulai bersatunya kembali ketiga daerah tersebut. Bersatunya kembali ketiga kerajaan tersebut membuat Wei menjadi penguasa utama, tetapi karena kudeta dari salah satu menterinya yang bernama Sima Yan, Sima Yan menguasai kerajaan dan mendirikan Dinasti Jin. Sima Yan mati dan digantikan oleh anaknya yang menderita keterbelakangan mental, karena tidak dapat mengatur dinasti, dan kelaparan dimana-mana, selirnya pun lah yang memegang kekuasaan Dinasti Jin. Sang Selir dalam pemerintahannya sangatlah kejam dan sembarangan, sehingga pemberontakan pun muncul, dan penggulingan tahta terjadi. Akhirnya pembagian Dinasti didasarkan pada daerah yakni Utara dan Selatan, hal ini lah yang membuat banyak perubahan dan perkembangan di masing-masing daerahnya. Utara dan Selatan mempunyai sistem yang berlainan, seperti ajaran, ilmu dan banyak lagi. Pada masa inilah Buddhisme menjadi ajaran utama, dimana Dinasti utara lebih gencar pada pembuatan patung dan kesenian lainnya dibanding selatan. Pada masa ini muncul sajak Mulan yang sempat diangkat menjadi sebuah kartun Hollywood. Dinasti Utara dan Selatan terjadi beratus-ratus tahun, dan diwarnai dengan perselisihan dan peperangan. Masa kekacuan itu akhirnya bisa diakhiri oleh Sui Wendi, dan dari situlah penyatuan antara utara selatan terjadi dengan pembentukan dinasti Sui sebagai pusat pemerintahan. Hancurnya dinasti Sui adalah pada saat bertengkarnya sang anak dalam rangka memperebutkan kekuasaan sehingga menjadikan kekacauan Negara dan keruntuhan dinasti. Dinasti selanjutnya adalah Dinasti Tang, Dinasti ini berdiri pada th 618-906, pada dinasti ini mulai masuk pengaruh Asia Barat dengan masuknya Agama Islam di China. Dalam perkembangan kemajuan kebudayaan, Dinasti Tang sangat pintar dalam teknologi dan pengetahuan, dengan pembentukan jembatan berpola, kereta yang ditarik lembu, teknik cukilan kayu, pengobatan, kesenian seperti pahat, puisi, filsuf dan banyak lainnya.
Runtuhnya Dinasti Tang memecah kembali daerah-daerah di China menjadi 5 dinasti dan 10 kerajaan, dengan berdirinya sistem dinasti dan kerajaan tersendiri, terbagi lagi atas China Utara dan Selatan, dimana China Selatan lebih baik dalam perekonomian, pemerintahan dan kebudayaan, hal tersebut dikareanakan sistem pemerintahan Negara sendiri. Sedangkan China Utara dikuasai bangsawan-bangsawan yang terkadang semena-mena. Pada akhirnya banyak penduduk dari China Utara yang berpindah domisili ke China bagian selatan. Pada saat itu tidak dihindarkan kekacauan serta perang yang juga terjadi, dan pada akhirnya peperangan dapat dihentikan dan China dipersatukan kembali oleh Dinasti Song. Dinasti Song bertempat di China Utara, tetapi karena banyaknya kekacauaun yang terjadi akhirnya Dinasti Song berpindah tempat ke China bagian selatan yang lebih kondusif keadaannya. Kekacauan di Utara terjadi karena pemberontakan bangsa Mongol, dan puncaknya dibawah Genghis khan, Mongol menguasai China dan meruntuhkan Dinasti Song lewat cucunya. Masa Genghis Khan dan khan-khan lainnya merupakan masa kejayaan mongol, dimana mereka telah menguasai hingga benua Eropa. Genghis Khan mendirikan Dinasti Yuan di China, Dinasti ini merupakan dinasti pertama di China yang didirikan oleh bangsa Mongol. Kubilai Khan merupakan pemimpin dari dinasti ini. Runtuhnya Dinasti Yuan diawali dengan bencana, wabah penyakit yang muncul hingga pemberontakan dari masyarakat. Pada masa Dinasti Yuan, Perekembangan Seni sangat maju, dimana muncul drama yang merupakan awal dari opera peking yang menggabungkan unsur nyanyian, tari dan dialog yang diiringi alunan musik.
Banyaknya pemberontakan memaksa Dinasti Yuan mundur ke utara, Dinasti Ming terbentuk di bagian Selatan china. Pada Dinasti ini, Tibet menjadi perhatian utama dari raja, pembangunan mulai digalakan, para biksu tibetpun dipanggil dalam acara keagamaan. Pada Dinasti Ming sangat tertarik pada arsitektur dimana timbul bangunan megah seperti Istana terlarang, Kuli Surgawi. Hal lainnya adalah pada novel-novel yang diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Pada Dinasti Ming, sang kaisar Zheng He senang berlayar mengarungi samudra hingga Mogadishu. Runtuhnya dinasti ming dikarenakan oleh penyerangan yang dilakukan ke bagian China Utara, tetapi yang terjadi malah sebaliknya, dimana pasukan Ming dipukul mundur dan dikuasai oleh bangsa Manchu, dan bangsa Manchu mendirikan Dinasti Qing. Dinasti China terkahir adalah Dinasti Qing yang terbentuk pada tahun 1644-1922. Dinasti ini memang dinasti asing di China, karena dinasti ini didirikan oleh Bangsa Manchu, bukan bangsa China. Bangsa Manchu pada dinasti Qing mulai menguasai China secara keseluruhan, dengan cara mengambil simpati masyarakat dengan menguburkan raja dari Dinasti Ming, dan membunuh pemberontak. Kekuasaan Dinasi Qing hanya berada di China Utara saja, sedangkan China Selatang tetap dikuasai oleh bekas pasukan kerajaan Ming. Dinasti Qing dipimpin oleh pemerintahan Shunzhi, Qianlog, Jiajing, Daoguang. Pada masa dinasti ini, terjadi perang candu, dimana Candu yang telah masuk pada abad 15 tetapi dibatasi menjadi tidak terbatas karena masuknya ekspor illegal dari Bangsa India, Candu akhirnya melemahkan bangsa China. Inggris pun turut mengekspor Candu untuk China, tetapi pada akhirnya China dapat memberhentikan ekspor tersebut, Inggris pun diusir, lalu mereka membalas dengan membombardir laut tenggara China dan menguasai China Tenggara. Pada Dinasti Qing inilah mereka menghadapi Inggris dan Amerika. Perang antara China dan Jepang pun terjadi, dimana pada saat itu Jepang menyerang dan menguasai Korea, China sebagai Negara pelindung Korea berperang melawan Jepang. Dinasti Qing akhirnya runtuh oleh pemberontakan-pemberontakan bangsa China, dan pada akhirnya berdirilah Republik China, gejolak pun masih terjadi, Paham Komunisme dan penyatuan kembali China pun terbentuk, setelah mengalami beberapa saat akhirnya Republik Rakyat China pun terbentuk hingga menjadi China yang sekarang.

  1. Musik Etnik China
Musik Etnik China, telah berkembang sejak lama, hal tersebut dibuktikan dengan telah mengenalnya musik oleh Dinasti Zhou sejak 1122SM[1]. Walaupun dalam penggunaan masih terbatas pada ritual dan keagamaan. Kendatinya China telah mengenal musik sejak Dinasti Shang, dinasti sebelum Zhou, tetapi tidak ada bukti tertulis dari Dinasti tersebut yang bisa dijadikan bukti. Maka tak heran bila halnya banyak sekali alat musik tradisional dari Negeri tersebut. Ling Lun, adalah orang yang pertama disebutkan sebagai Bapak Musik China, karena dia telah berhasil merubah sebuah bamboo menjadi sebuah seruling. Dalam kebudayaan China Kuno, Musik lebih ditujukan sebagai penggunaan alat terapi bagi para filsuf China, karena bagi mereka, musik merupakan sebuah karya seni yang disinyalir mempunyai kekuatan untuk menenangkan dan mengontrol emosi bagi orang yang mendengarkan. Maka itu keberadaan Musik tadinya sebagai penenang masyarakat dan ritual, bukan sebagai hiburan masyarakat.
Pada awal perkembangannya, musik dianggap suci karena konteks yang tertera pada musik itu sendiri, dimana musik digunakan sebagai alat dari hal-hal suci. Musik hanya diperdengarkan di keluarga Kerajaan dan Bangsawan, bagi mereka yang bukan siapa-siapa maka tidak akan mengenal musik. Bahkan pada saat itu, jikalau ada pemusik yang menggunakan musik sebagai alat hiburan maka si pemusik akan dikucilkan dan ditempatkan sebagai mereka yang mempunyai kasta paling rendah[2]. Maka itu berpengaruh pada karakter dari musik China itu sendiri yang dapat dikatakan sebagai musik yang damai dan tenang, hal tersebut dapat dibuktikan bila kita mendegar musik-musik Kitaro kini.  Biasanya dahulu para pemain musik adalah para petapa dan pengembara yang sering mencari kedamaian dari alam.
Alat musik tradisional China menggunakan tangga nada pentatonic, sehingga bukan seperti halnya alat musik barat yang diatonic. Alat Musik China dalam permainannya dapat dimainkan solo ataupun beregu yang tergabung dalam sebuah orkes. Sebagai musik Timur, musik china tidak menggunakan partitur dalam permainannya, mereka yang memainkan biasanya telah belajar bertahun-tahun dan menghapal musik tersebut. Tetapi dengan masuknya kebudayaan barat yang mempartiturkan semuanya maka musk China mulai ditranskrip dalam sebuah partitur. Adapun alat Musik Etnik China yang dibagi atas cara memainkan, sumber bunyi dan fungsi dari alat musik tersebut[3]. Bila berdasarkan cara memaikannya, alat musik tersebut dibedakan atas gesek dan petik. Alat musik gesek tersebut yakni: Erhu, yaitu sebuah Rebab China yang pada badan alatnya menggunakan kulit ular sebagai membrane Erhu menggunakan dua senar, yang digesek dengan penggesek terbuat dari ekor kuda. Gaohu, merupakan alat musik yang sejenis dengan Erhu, hanya dengan nada yang lebih tinggi. Gehu, sebuah alat musik gesek untuk nada rendah, seperti Cello. Banhu, merupakan sebuah Rebab China dengan badan terbuat dari batok kelapa dengan papan kayu sebagai membrannya. Sedangkan alat musik Petik dibagi atas: Liuqin, yakni alat musik petik kecil yang bentuknya seperti buah pir dengan empat senar. Yangqin merupakan alat musik yang memiliki banyak senar, cara memainkannya dengan cara dipukul dengan stik bambu sebagai pemukulnya. Pipa sebuah alat musik petik yang berbentuk buah pir dengan empat atau lima senar. Ruan, yakni sebuah alat musik petik yang berbentuk bulat dengan empat senar. Sanxian merupakan alat musik petik dengan badan terbuat dari kulit ular dan dengan leher yang panjang, alat musik ini memiliki tiga senar. Guzheng, sebuah Kecapi yang memiliki 16 - 26 senar.dan Konghou sebuah Harpa China.
Sedangkan alat musik yang dibagi atas sumber bunyinya dibedakan atas tiup dan perkusi: alat musik tiup tersebut yakni: Dizi merupakan sebuah suling dengan menggunakan membran getar. Suona yaitu sebuah terompet China. Sheng, sebuah alat musik yang menggunakan bilah logam dengan tabung-tabung bambu sebagai penghasil suara. Xiao merupakan sebuah Suling. Paixiao yaitu sebuah pipa pen, dan Gudi sebuah seruling kuno yang terbuat dari tulang. Alat musik lainnya yang dibedakan atas sumber bunyi adalah jenis perkusi, yakni: Paigu, yaitu sebuah  Gendang yang terdiri dari satu set yang berisikan empat atau lebih. Dagu merupakan sebuah tambur besar. Chazi, sebuah Simbal atau cengceng. Luo merupakan sebuah gong. Muyu merupakan sebuah kecrek terbuat dari kayu. Alat musik selanjutnya adalah alat musik yang dibedakan atas fungsinya, fungsinya disini dibagi atas aerophone, chordhophone, membranophone, idiophone dan metallophone. Dibagi atas aerophone yakni: Dizi, merupakan sebuah suling bambu dengan selaput lebah dengan bentuk melintang. Xiao, yaitu sebuah flute yang disebut juga dengan dongxiao.  Chi merupakan sebuah suling bamboo berbentuk melintang. Xindi, sebuah suling modern melintang yang mempunyai 21 lubang. Koudi, yaitu sebuah suling bamboo melintang yang berukuran sangat kecil. Suona sebuah terompet China.
Dibagi atas chordhophone yakni: Yazheng sebuah sitar yang disebut juga sebagai yaqin. Konghou sebuah Harpa China. Guzheng merupakan kecapi yang memiliki 16 - 26 senar. Leiqin, sebuah biola dengan tuts piano. Pipa, merupakan Alat musik petik berbentuk buah pir dengan 4 atau 5 senar. Dibagi atas membranophone, yakni: Bofu, yaitu sebuah drum kuno yang digunakan untuk mengatur tempo. Tanggu, merupakan sebuah drum berukuran barel dan dimainkan dengan dua sticks; juga disebut tonggu atau xiaogu. Yaogu, sebuah drum pinggang. Bajiao gu merupakan sebuah rebana bersegi delapan yang digunakan sebagai pengantar naratif dalam bernyanyi dan biasanya digunakan di utara Cina. Paigu, sebuah gendang yang terdiri dari satu set yang terdiri dari empat atau lebih.
Dibagi atas idiophone, yakni: Luo, sebuah gong. Zhu, merupakan sebuah kotak kayu yang dimainkan dengan memukulkan tongkat pada bagian dalam dan biasanya digunakan untuk menandai awal musik dalam upacara kuno musik. Yu, sebuah instrumen ketuk kayu berukir dalam bentuk tiger dengan bergerigi, digunakan untuk menandai akhir musik. Muyu – sebuah kotak kayu yang diukir dalam bentuk ikan, dipukul dengan tongkat kayu dan sering digunakan dalam keagamaan Buddha. Paiban sebuah bandul lonceng yang terbuat dari beberapa potong kayu datar. Dibagi atas metallophone, yakni: Dangzi sebuah gong kecil berbentuk flat, tuned gong ditangguhkan oleh sutera yang diikat dengan tali dalam bingkai logam bundar yang terpasang pada kayu tipis, alat ini juga disebut dangdang. Bianzhong, merupakan sebuah bel perunggu yang berbentuk rak dan digantukan menggunakan tiang. Genderang perunggu dan Luo sebuah Gong.
Alat-alat musik tersebutlah yang berkembang dan digunakan di China hingga sampai saat ini. Untuk mengetahui lebih lanjut, juga akan dibahasa beberapa alat musik China yang populer hingga saat ini. Alat musik tersebut adalah:
Guzheng (古筝)[4], sebuah kecapi Cina atau siter yang merupakan alat musik tradisional Cina yang paling populer. Guzheng atau Zheng mempunyai bentuk seperti kotak yang cembung dan terbuat dari kayu sebagai kotak suara, diatasnya terbentang 21 senar. Biasanya bersenar antara 12- 26 senar. Di tengah senar tersebut ditempatkan pengganjal yang dapat digeser untuk menaikan atau menurunkan frekuensi nada. Senar-senar tersebut di setel pada nada pentatonis China yang terdiri dari nada : do, re, mi, sol dan la. Adapun sejarah dari Alat musik Zheng ini, dimulai dengan Si Maqian ahli sejarah zaman dinasti Han menulis bahwa sebelum dinasti Qin, Guzheng sudah menjadi alat musik popular untuk mengiringi lagu. Guzheng pada awalnya hanya memiliki 5 senar. Pada zaman dinasti Qin dan Han jumlah senarnya menjadi bertambah menjadi 12. Pada zaman dinasti Ming dan Qing jumlahnya bertambah lagi menjadi 14 – 16 . Standar Guzheng sekarang ini digunakan sejak tahun 1970 terdiri dari 21 senar.  Zheng ini mulai digunakan sejak 475-221 SM. Guzheng dimainkan dengan cara dipetik. Jari-jari untuk memetik memakai alat bantu berupa kuku palsu terbuat dari tempurung kura-kura atau plastik. Tangan kanan umumnya dipergunakan untuk memainkan melodi, sedangkan tangan kiri untuk memainkan chord.
Chin, merupakan sebuah alat musik yang cara penggunaannya dengan cara dipetik. Chin adalah sebuah siter yang telah ada sejak dinasti Tang. Tepatnya adalah pada tahun 618-907. Sama pentingnya dengan Zheng, Chin merupakan alat musik yang sangat dihargai hingga kini. Berbeda dengan Zheng, China hanya mempunyai 7 dawai. Pada Chin tidak menggunakan Fret dan Bridge, tetapi Chin menggunakan kancing mutiara untuk menandakan batas-batas suara. Chin dalam penggunaannya dapat menggunakan kuku tangan atau alat bantu petik untuk memetik dawai-dawai tersebut. Chin telah tercatat sebagai kekayaan budaya China oleh Unesco di tahun 2003.
Xiao (), merupakan sebuah alat musik tiup atau suling yang terbuat dari bambu. Xiao sering disebut sebagai fluet China. Keberadaan Xiao telah ada sejak Dinasti Ching pada tahun 1649-1911). Dahulunya Xiao terbuat dari tembaga atau pualam. Xiao terbuat dari bambu yang berwarna cokelat tua. Dalam penggunaannya, Xiao banyak digunakan para masyarakat di Qiang. Nada dasar dari Xiao adalah G. Xiao yang tradisional mempunyai enam lubang tangan, tetap Xiao yang modern mempunyai delapan lubang tangan. Panjang dari Xiao sekitar 45cm-1,25m, tetapi biasanya berukuran 75-85cm saja.
Alat Musik lainnya adalah, Dizi (笛子)[5]. Dizi adalah nama sebuah alat musik tiup berupa seruling horizontal yang berasal dari Cina. Dizi berawal dari Asia Tengah dan masuk ke Tiongkok pada 2 SM dan merubah bahan dasar Dizi menjadi bambu. Saat itu Dizi terbuat dari tulang. Sebelum Dinasti Han, Dizi yang pada masa itu disebut Di mengacu pada seruling vertikal. Kemudian pada masa Dinasti Tang barulah diadakan perbedaan yaitu nama Di untuk seruling horizontal dan Xiao untuk seruling vertikal. Pada abad ke 7 M, sebuah selaput ditambahkan dan namanya berubah menjadi Dizi. Dizi modern memiliki 12 lubang yang terdiri dari satu lubang untuk meniup, satu lubang membran, enam lubang untuk memainkan, empat lubang untuk memperbaiki tinggi rendah nada dan memasang pajangan. Berbeda dengan Xiao, Dizi memiliki nada jernih dan bergema sehingga cocok untuk mengekspresikan irama gembira dan dapat meniru suara burung-burung yang berbeda.
Adapun musik-musik China yang populer dan masuk ke Indonesia, alat musik tersebut dibawa oleh para pedagang China. Alat-alat musik tersebut adalah: Erhu (二胡) (Stock,1993:84-87), Erhu merupakan alat musik tradisional China yang paling populer disamping Guzheng dan Xiao, Erhu merupakan jenis rebab. Alat musik gesek ini juga dikenal dengan istilah huqin yang berarti "alat musik orang barbar", hal tersebut dikarenakan alat musik tersebut diperkenalkan oleh orang barbar yang berasal dari Asia Tengah. Huqin telah berumur sekitar 500 tahun. Mulai populer pada zaman dinasti Sung (960-1279), yang kemudian berlanjut ke zaman dinasti Ming (1368-1644) dan dinasti Qing (1644-1911) dan dalam pergantian dinasti, huqin telah berkembang menjadi bermacam-macam jenis, termasuk erhu. Erhu pada dasarnya telah ada sejak dinasti Tang, dan mulai dari situlah Erhu mengalami perkembangan. Pada mulanya, erhu menggunakan dua senar yang terbuat dari sutra, tetapi sekarang erhu menggunakan senar dari logam. Erhu biasanya menggunakan membran dari kulit ular piton, tetapi ada juga yang menggunakan bahan lain. Kotak suara berbentuk segi enam, segi delapan, atau bulat. Kotak suara ini juga bervariasi ukurannya, semakin besar ukuran kotak suaranya maka bunyi bass yang dihasilkan semakin besar dan begitu pula sebaliknya. Erhu digesek dengan busur yang terbuat dari bambu dan rambut ekor kuda, ekor kuda itu ditempatkkan diantara kedua senar sehingga memudahkan perpindahan menggesek antara kedua senar. Erhu biasa disetel dengan nada D - A atau C - G. Erhu dipercaya berasal dari orang Xi. Erhu biasa ditemani dengan kendang dan iringan orkes atau lainnya.
Alat musik lainnya adalah Yang Chin , Yang Chin merupakan sebuah alat musik yang memiliki banyak senar. Alat musik ini merupakan alat musik yang unik dalam penggunaannya, hal tersebut dikarekanan dalam memainkannya senar akan dipukul dengan stik bambu. Yang Chin juga sering disebut Harpa kupu-kupu. Senar dari harpa ini berjumlah antara 30-50 Senar. Stik bambu yang digunakan sebagai pemukul tidaklah terlalu besar, hanya stik kayu tipis, hal tersebut dilakukan agar menghindari putusnya senar.
Alat musik lainnya adalah Suona, Suona merupakan sebuah terompet kayu dengan bell logam dibagian tiup dan pengeluar suaranya. Suona memiliki tujuh sampai delapam lubang. Lubang-lubang tersebut berjejer, terdapat lubang lainnya yang terletak di balik lubang depan dan lubang di kiri. Suona merupakan terompet kebanggan miliki China. Suona merupakan alat musik yang sangat ekspresive, hal tersebut bisa dilihat dari bentuk alat musik yang terdapat conical metal, dan suaranya yang nyaring. Suona terdapat dalam berbagai ukuran, baik besar maupun kecil. Biasanya Suona digunakan dalam acara-acara seperti pernikahan, kematian, dan acara-acara lainnya. Suona, telah digunakan dalam lokal opera di Hebei, Shandong, Liaoning, Shaanxi, dan propinsi Guandong. Suona merupakan alat musik yang vital dalam penggunaan dalam acara-acara rakyat.
Guandong Musik, seperti nama depannya, Guandong terletak di Selatan China, tepatnya terletak di pantai tenggara China, dekat dengan Yunan dan Taiwan. Dari daerahnya, Guandong merupakan daerah masyarakat pesisir, yang notabene lebih sering menerima kebudayaan baru dari para pendatang. Guandong terletak di China Selatan. Lagu dari Guandong yang terkenal adalah Niao Tao Lin, Komposisi dari Yi Jian pada tahun 1929. Guandong Musik bisa dikatakan sebagai sebuah orchestra, dimana didalam musik ini terdapat banyak jenis alat musik untuk membentuk sebuah simfoni yang indah. Alat musik tersebut seperti halnya, Zheng, Erhu, Suona, Xiao, Paigu, Chazi dan Luo. Keberagaman alat musik dibawa oleh para masyarakat yang lewat atau hendak berlayar sehingga keberagaman alat musik menjadi kekayaan dari Guandong musik tersebut.
Itulah beberapa jenis alat musik hingga diakhiri dengan sebuah orchestra, dimana alat musik tersebut merupakan alat musik populer dan beberapa alat musik yang eksis dan digunakan di Indonesia. Alat-alat musik tersebut bernadakan nuansa damai dan tenang, hal tersebut dikarenakan dimainkannya alat musik tersebut oleh petapa atau pengembara, dan jenis inspirasi dari alat musik China lebih pada kekayaan Alam. Penggunaan alat musik juga beragam, tetapi sebagian besar alat musik digunakan pada acara keagamaan atau acara kebudayaan lainnya, seperti pernikahan, penguburan jenazah, karnaval masyarakat, perayaan hari besar, dan banyak lagi. Seperti halnya ditemukannya sebuah lonceng di depan sebuah makam pada Dinasti Zhou.  Keberadaan alat-alat musik ini digunakan hingga sekarang, sehingga eksistensi dari alat-alat musik ini tidak diragukan dalam performa dan karya yang terus diturunkan dari generasi ke generasi. China sangat menghargai dengan musik tradisi mereka, dan mereka tetap memanfaatkan dan melindungi alat-alat musik tersebut.
Pada dasarnya ada pembagian yang sangat mendasar dari musik-musik tersebut, seperti yang telah dijelaskan pada bagian sejarah China, dimana China sejak dahulu telah terbagi atas China bagian Utara dan China bagian Selatan, adanya perbedaan cara pemerintahan, kebudayaan hingga iklim, membuat China Utara dan Selatan hingga kini terus berbeda, seperti halnya adalah  cara memasak, di China Utara mereka lebih menggunakan arak, sedangkan Selatan lebih pada minyak. Hal tersebut dikarenakan suhu udara yang berbeda sehingga menuntut mereka untuk lebih menghangatkan diri, dan juga ada pada rasa dari makanan, sehingga sangat berbeda dari China Utara dan Selatan. China Utara lebih terpengaruh dengan kawasan bangsa Mongolia di saat beberapa dinasti yang lalu, China Utara juga kerap diperebutkan oleh para penjajah bahkan mereka juga telah membuat Dinasti di China. Tetapi mereka tetap tidak bisa saja menguasai secara keseluruhan bagian China Selatan, dimana China Selatan merupakan gabungan beberapa kebudayaan China dari masyarakat China dan kebudayaan lain yang masuk lewat pesisir, dan China selatan merupakan pusat peradaban masyarakat Tiongkok. Hal tersebut dibuktikan dengan kekuasaan Dinasti terkahir China sebelum menjadi Republik, dimana China Utara tidak dapat menguasai China Selatan. Sebenarnya belum ada batasan yang tepat dalam memisahkan kedua bagian China ini, tetapi Sungai Yangtze dianggap dapat mewakili perbatasan dari kedua wilayah. China Utara pada dasarnya diaktakan sebagai China Proper karena telah menjadi benteng perdaban China dan Konfusianisme, China Selatan lebih kepada Independent dari bangsa China dan mereka mempunyai kebudayaan serta bahasa yang berbeda dengan China Utara. Anggapan bahwa China Utara lebih memiliki identitas China karena China Utara hanya terjadi perputaran budaya akan China, Mongol, dan bangsa lainnya yang tidak jauh dari China Utara, sedangkan China Selatan karena merupakan pesisir, tidak dihindari ada kebudayaan yang masuk lewat pesisir.
Adapun perbedaan dari masyarakat China Utara dan China Selatan (Floyd,2008:59), karakteristik dari China Utara adalah berbadan tinggi dan tegap, mata lebih kecil dan kelompok mata tunggal warna kulit lebih gelap, gaya bahasa yang digunakan adalah mandarin, makanan mereka lebih pada mie, dan sejenis gandum, semua makanan yang berbasis pertanian, tetapi beras tetap bukan yang menjadi utama. Sedangkan karakteristik orang China Selatan adalah, sedikit lebih pendek dan ramping pada bentuk tubuh, mempunyai kelopak mata ganda, warna kulit mereka lebih pucat, gaya bahasa lebih berbasis daerah seperti Xiang, Min, Yue, Wu, dll. Makanan mereka adalah beras dan produk dari laut serta pertanian. Telah terjadi perbedaan yang mendasar antara orang dari China bagian Utara dan Selatan, dan mereka tetap berkembang dengan sendirinya dan membentuk perbedaan sekaligus kekayaan kebudayaan China. Sebenarnya, musik utara dan selatan telah terhubung sejak pada Dinasi Han, dimana pada saat itu mereka mendirikan sebuah departemen untuk mengumupulkan dan mendokumentasikan semua alat musik yang beredar dan khas bangsa China, hal tersebut membuktikan adanya pengenalan antara utara dan selatan dalam bidang musik. Adapun usaha yang dilakukan untuk menyatukan sebuah bangsa yang memiliki ragam berbeda, sangat diperlukan tangga nada diatonic dalam menyatukan mereka, seperti halnya tertuang pada lagu kebangsaan China secara keseluruhan. Musik merupakan bahasa universal, sehingga dapat menyatukan sebuah perbedaan dan membuat identitas baru yang lebih berkebangsaan yang tertuang pada lagu kebangsaan.
Adapun pengaruh barat yang masuk pada kebudayaan China, dimana hal tersebut tertuang pada musik yakni tangga nada diatonic, alat-alat musik barat, serta teknik vokal dari para penyanyi China. Tangga Nada diatonic secara bersamaan masuk dengan alat-alat musik barat, hal yang paling dominan adalah pada lagu kebangsaan dari China, tetapi pada lagu kebangsaannya tetap mencerminkan etnik China sebagai ciri khas utama, berbeda dengan Indonesia yang mempunyai lagu kebangsaan yang mengacu pada barat. Sedangkan pada teknik suara vocal, China mempunyai jenis musik dengan suara yang tipis pada resonansi atau pada falceto, dan dinyanyikan secara solo. Musik Vocal dinyanyikan dari ayat, puisi atau sajak-sajak China. Seringkali bahwa penyanyi solo dalam pertunjukannya ditemani dengan alat musik seperti Zheng, Erhu atau lainnya. Musik Vocal lainnya adalah pada choir, dimana dinyanyikan secara bersama-sama seperti halnya Choir barat, adanya choir pada musik China digunakan pada orchestra atau grup-grup choir tingkat Universitas atau lainnya.
Bagian selanjutnya adalah pada perkembangan Musik China di Indonesia. Masuknya China ke Indonesia tercatat bahwa disaat Kubilai Khan menginvansi jawa pada tahun 1923. Tetapi bukti lainnya yang lebih awal membuktikan bahwa, pedagang China Islam telah datang sejak tahun 1405, bahkan ada kemungkinan sebelumnya. Pedagang China tersebut dipimpin oleh pelaut Cheng Ho yang mengadakan ekspedisi ke asia tenggara, dalam buku The Overall Survey of The Ocean’s Shores, menjelaskan bahwa telah terjadi kegiatan muslim China , mereka menetap di pantai utara Jawa dalam berdagang. Keberadaan China di pantai Utara memang dibuktikan dengan adanya kuil Cheng Ho di Semarang. Keberadaan China di telah berkembang sejak dahulu hingga sekarang. Purcell menjelaskan bahwa pada tahun 1860 di pulai Jawa dan Madura, penduduk China berjumlah 149, dan pada tahun 1930 penduduk China telah berjumlah 582, populasi tersebut hanya terbatas pada pulau Jawa, bila halnya dalam skala Indonesia, pada tahun 1860 populasi China berjumlah 221, sedangkan pada tahun 1930 penduduk China telah berjumlah 1.233 (1951:443), terjadi peningkatan yang besar dalam jumlah penduduk yang terbagi atas kedatangan dan peranakan China di Indonesia.
Dengan menetapnya masyarakat China di Indonesia, mereka turut membawa kebudayaan mereka sebagai identitas mereka, dan salah satu bukti adalah adanya alat musik etnik china yang berkembang di Indonesia, seperti Erhu, Yang Chin, bahkan Zheng. Terjadi benturan kebudayaan, tetapi bagi kebudayaan yang bisa diterima maka kebudayaan luar akan masuk dan menetap di origin kebudayaan. Hal tersebut juga terjadi seperti yang terdapat di China, Musik barat yang terdapat di China, dan Musik China yang terdapat di Indonesia, pada penggunaan musik luar akan dikonstruksi ulang dalam penggunaan dan akan didasarkan pada kebudayaan setempat. Sehingga musik-musik luar akan diadaptasi dan disesuaikan dengan kebudayaan setempat, dan menciptakan alat musik baru dengan nilai “bentuk dari kebudayaan luar, tetapi makna dari kebudayaan dalam”. Dari jenis pengelolaan musik maka tercipta musik yang asli dari kebudayaan luar, dan musik yang adaptasi dari kebudayaan luar dengan tatacara budaya kebudayaan setempat. Pada kedua jenis evolusi musik tersebutlah yang memperkaya musik dunia. Kebudayaan setempat merupakan filter dari kebudayaan luar, dan kebudayaan lokal akan mengkonstruksi ulang kebudayaan yang masuk sesuai yang diperlukan dengan cara mengadaptasi atau mengambil contoh asli dari kebudayaan luar asalkan dapat diterima kebudayaan lokal.

C.    Kesimpulan
Musik Etnik merupakan kekayaan dari sebuah kebudayaan, dimana musik etnik menjadi saksi bisu dari perkembangan dan pembangunan sebuah kebudayaan. Musik Etnik dapat dibuat karena adanya konteks yang mendukung dari hal tersebut, adanya keterkaitan yang sangat kuat antara teks dan konteks, membuat eksistensi sebuah kesenian tetap terjaga. Dengan menjaga musik etnik, berarti si individu menghargai sejarah dan karya kebudayaan. Begitupun demikian dengan Musik Etnik China, China dalam pembuatan musik dan perkembangannya juga mengalami sejarah yang panjang, dimulai sejak dinasti Zhou yang ditemukan sebuah lonceng di depan kuburan para bangsawan dan kerajaan hingga detik ini. Penggunaan dari musik didasarkan pada kegunaan dan fungsinya, dimana lonceng yang ditemukan di dinasti Zhou untuk acara penguburan, dan alat musik seperti erhu untuk perkawinan dan sebagainya, serta musik-musik yang digunakan untuk acara keagamaan. Musik Etnik mempunyai fungsi masing-masing dalam keberadaanya, dan perkembangannya terkadang harus disesuaikan lagi pada konteks yang ada sehingga terkadang ada pergeseran makna dan nilai penggunaan bagi alat musik etnik. Teks dan konteks dari musik merupakan hal yang utama, dan hal tersebut tidak dapat dipisahkan begitu saja, bilamana dipisahkan berarti akan berbeda dengan origin dari musik tersebut.
Persebaran Musik Etnik di China dibagi atas dua kebudayaan, yakni China Utara dan Selatan, dimana pada kedua kebudayaan tersebut menyimpan nilai dan kekayaan dari masing-masing kebudayaan. Perbedaan sebuah kebudayaan satu dengan yang lain kerap terjadi, tetapi dalam menyatukan sebuah kebudayaan perlu diberikan sebuah garis batasan yang sama, dimana perbedaan kebudayaan yang dijadikan kekayaan, tetapi disisi lain perbedaan kebudayaan dapat disatukan. Musik etnik China dalam perkembangannya juga mengalami banyak pengaruh, baik dari luar atau ke luar. Tetapi dalam perkembangannya, bilamana ada sebuah alat musik baru masuk maka akan dikembalikan lagi pada kebudayaan setempat, dan ucapkali terjadi adaptasi dari alat musik tersebut, semua faktor harus dikembalikan lagi kepada kebudayaan setempat. Sehingga ada musik etnik yang asli dan musik etnik adaptasi, hal tersebut merupakan persebaran dari kesenian dan kebudayaan. Musik etnik menyimpan nilai kebudayaan dan histori yang kuat, musik etnik juga tidak dapat dilepaskan dari teks dan konteks sebuah kebudayaan. Maka itu keberadaan dan perkembangan musik etnik patut dijaga dan dilestarikan agar nila kebudayaan dapat menjadi identitas bangsa.

D.    Referensi

Buku:
Eberhard, Wolfram.
                        1948                A History Of China. London: Routledge and Kegan Paul Ltd.
Floyd, B.
2008                "Clinal variation in Chinese height and weight: Evidence from the descendants of emigrants to Taiwan" . HOMO – Journal of Comparative Human Biology. Auckland, New Zealand: Department of Anthropology, University of Auckland.
Government Information Office.
            1993                A Brief Introduction to The Republic Of China. Taiwan: Kao
Chang Printing Co.
Irhomi, T.O. (ed.)
1980                Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Gramedia.
Koentjaraningrat.
            1980                Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Purcell, Victor.
            1951                The Chinese in Southeast Asia. London: Oxford University Press.
            Stock, Jonathan.
1993                A Historicall Accont of The Chinese Two-Stringed Fiddle Erhu,
“Galpin Society Journal” v.46 (March 1993).
Taniputera, Ivan.
                        2008                History of China. Yogyakarta: AR-RUZZ Media.

Perkuliahan:
Bahan Perkuliahan Prof. Victor Ganap pada Kelas Etnomusikologi 1



Internet:
www.cia.gov diunduh pada 23 Juni 2012
www.anneahira.com diunduh pada tanggal 23 Juni 2012 pukul 15.43
www.nfdaily.cn diunduh pada tanggal 23 Juni 2012
www.sinohits.net diunduh pada tanggal  23Juni 2012 pukul 16.56
www.melodyofchina.com diunduh pada tanggal 24 Juni 2012 pukul 10.32
www.shanghaidaily.net diakses pada tanggal 23 Juni 2012 pukul 16.48
www.metmuseumorg yang diundug pada 23 Juni 2012 pukul 17.34


[1] Lihat halaman 5, penjelasan mengenai Dinasti Zhou yang mengenal Musik.
[2] www.anneahira.com diunduh pada tanggal 23 Juni 2012 pukul 15.43

1 comment:

Konveksi Baju Drumband Surabaya said...

Terimakasih, artikelnya sangat bermanfaat sekali. Jangan lupa untuk mengunjungi website kami di Konveksi Baju Drumband Surabaya