Judul Makalah:
“Musik China: Keberadaan dan Perkembangan Musik
Etnik sebagai Identitas Budaya”
A.
Latar Belakang
“Belajarlah hingga ke Negeri China”,
sebuah peryataan dari Ir. Soekarno dalam rangka memotivasi anak bangsa untuk
mencontoh kegigihan dari bangsa China dalam berjuang dan belajar. Ya, siapa
yang tidak mengetahui Bangsa China, China sebagai bangsa merupakan bangsa yang
mempunyai etos kerja yang baik, sehingga menjadikan Negeri Tirai Bambu tersebut
menjadi Negara yang maju dan menjadi percontohan. Tidak hanya pada kemajuan,
China mempunyai pengaruh yang kuat pada kebudayaannya. China dalam perjalanan
sebagai sebuah bangsa, memiliki cerita yang panjang, dalam Buku History of
China karangan Wolfram Eberhad, China’s
history began either about 4.000 B.C or about 2.700 B.C. with a succession of
wise emperors (1950:4). Dari langkah munculnya bangsa China, Sinanthrious Pekinensis merupakan ras
para manusia China, dan pada 2.205 B.C. Xia Dinasti muncul sebagai dinasti
China pertama, lalu dilanjutkan pada 247
B.C. Shang Dinasti muncul, dan dinasti lain pun muncul. Hal tersebutlah yang
menjadi cikal bakal kebudayaan China. Kebudayaan China terus berkembang hingga
saatnya partai Komunis milik Mao Zedong memipin serta merubah China menjadi
Negara Adi Kuasa Asia, dan menjadi China sekarang. Tetapi walaupun China berkembang
sangat pesat, mereka tetap mempertahankan nilai Kebudayaan dan selalu menjunjung
tinggi. Hal tersebutlah yang membuat kebudayaan China terus terjaga.
Sebelum melangkah lebih jauh, adapun
definisi dari kebudayaan itu sendiri, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan belajar. Tindakan seperti naluri, refleks, dan beberapa
tindakan akibat fisiologi dan kelakukan membabi buta, merupakan tindakan yang
tidak membutuhkan belajar. Tetapi dalam pelaksanaannya tindakan naluri seperti
makan minum serta berjalan merupakan tindakan kebudayaan, karena kesemua hal
tersebut membutuhkan belajar sebagai tindak lanjut (Koentjaraningrat,1980:194).
Sedangkan dalam buku Irhomi, Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari
masyarakat yang manapun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu
yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau diinginkan. Setiap
masyarkat mempunyai kebudayaan, bagaimanapun sederhananya kebudayaan itu dan
setiap manusia adalah makhluk berbudaya, dalam arti mengambil bagian dalam
suatu kebudayaan. Sebuah kebudayaan, jika para warga memiliki bersama sejumlah
pola-pola berpikir dan berkelakukan yang didapat melalui proses belajar
(1980:16-20). Adapun Cultural Universal
dari kebudayaan, yakni: Bahasa, Pengetahuan, Sistem Kekerabatan, Teknologi,
Mata Pencaharian, Religi dan Kesenian. Unsur-unsur tersebutlah yang membentuk
kebudayaan, termasuk China.
Dari unsur-unsur kebudayaan tersebut,
membicarakan kebudayaan China tidak akan ada habisnya, selain perkembangan
kebudayaan yang pesat, satu unsur dengan unsur lainnya saling terbangun
sehingga membicarakan kebudayaan China akan menjadi pembahasan yang panjang.
Maka dalam makalah ini, pembahasan akan bangsa China akan lebih difokuskan
kepada lingkup kesenian, khususnya adalah Musik China. Pembahasan Musik China
disini, akan ditujukan pada “teks” dan “konteks” dari Musik itu sendiri. “Teks”
dari Musik China yang akan dibahas adalah musik etnik China, seperti halnya
Alat Musik Etnik. Sedangkan “konteks” dari musik tersebut adalah seperti fungsi
penggunaan dari alat musik, perkembangan alat musik, hubungan alat musik dengan
kebudayaannya, persebaran Alat Musik dan sebagainya. Sehingga persoalan dari
pembahasan akan menjadi jelas dan terfokus pada Musik Etnik China.
B.
Pembahasan
- Negara China dan Sejarahnya
Republik Rakyat China, merupakan sebuah
Negara yang mempunyai luas wilayah sebesar 9.596.960 Km², terbesar kedua di
Dunia. Negara di Asia Timur ini mempunyai populasi penduduk sebesar 1, 16
Miliar (G.I.O., 1993:8). Dengan suku Han sebagai suku etnik di China terbanyak,
dan sisanya sebanyak 55 suku minoritas di China seperti halnya Manchu,
Mongolian, Tibetan, Gerbau, dll. Dengan etnis yang banyak, bahasa pun juga
beragam, tetapi mereka menyatukannya dengan bahasa nasional mereka, yakni
Mandarin. Untuk dialek China diklasifikasikan menjadi, Mandarin, Hsiang, Kan,
Hakka, Wu, Miri, dan Yue. Dialek Mandarin digunakan 2/3 masyarakat China. Agama
di China di dominasi oleh Taoism lalu Buddhism, Folk Religion, I-Kuan Tao, Grup
Agama Independen, Kristen dan Islam. China beribukota di Peking, atau sekarang
kita kenal dengan nama Beijing. China merupakan Negara komunis, tetapi memiliki
sistem pemerintahan Republik. Presidennya kini adalah Hu Jintao, dan Perdana
Menterinya bernama Wen Jiabao. Sistem pemerintahan China juga menggunakan
sistem Eksekutif, Legislatif dan Yudiktatif dalam melaksanakan pemerintahanya.
China sangat mengedepankan aspek ekonomi, dimana China sangat membangun sektor
perekonomian melalui bidang Industri, Pertanian, dan Jasa Servis dalam
menyeimbangkan perekonomian China.
China, memang hanya ada kata takjub
dengan perkembangan Negara China, dimana mereka sangat giat dalam membangun
Negaranya, tetapi tidak kalah menariknya, sejarah dari Negeri China tersebut,
dimana sejarah tersebut menceritakan sebuah kenyataan yang tidak kalah hebatnya
dari masa kini, dapat dikatakan bahwa mereka tetap mejadi yang terdepan dalam
konteks jaman. China telah berkembang sejak dahulu kala, dimana diawal
penulisan telah diungkap bahwa masyarakat China telah membentuk sistem Dinasti
sejak 2.205 sebelum Masehi, maka dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan China
telah berkembang sejak lama. Adapun sejarah dari Negeri China ini, yakni
dimulai dari Zaman prasejarah. Pada Zaman Prasejarah, ditemukan sebuah
tengkorak yang diperkirakan berasal dari 400.000 tahun S.M. di provinsi Shanxi,
dan empat puluh tahun sebelumnya, juga ditemukan fosil Sinanthropus Pekinensis yang dikenal dengan manusia Peking
(Taniputera, 2008:33). Sekitar 6000-5000 SM ditemukan kebudayaan Yangshao dan
Longshan sebagai awal masyarakat dalam menetap dan bercocok tanam. Mereka juga
telah membuat tembok berkeliling pada desa pemukiman mereka. Kebudayaan
Yangshao dan Longshan telah mengenal budaya keramik. Hal tersebut juga
berpengaruh pada kebudayaan Dawenkou, Majiabang, Liangzhu dan Majiayao. Pada
saat inilah mereka mulai mengenal tulisan dalam bentuk goresan atau garis.
Selanjutnya adalah berdirinya sistem
dinasti. Xia, merupakan sistem Dinasti pertama yang tercatat pada sejarah.
Dimana kerajaan Xia telah menggunakan sistem pemerintah turun menurun, dan
pembangunan kerajaan yang megah dan sebagai pemegang kekuasaan penuh. Dinasti
Xia ini mengalami gejolak dalam perkembangannya, seperti adanya serangan dari
bangsa barbar, konflik internal, dan ketamakan raja, dan dari situlah alasan
hancurnya dinasti Xia, dimana seorang raja bernama Jie, menghamburkan uang
kerajaan disaat keadaan sedang kacau. Timbulah perselisihan, dimana Tang
seorang raja dari Shang, yang merupakan Negara bagian dari Xia, berhasil
menumbangkan Dinasti Xia, dan membangun Dinasti baru bernama Shang. Dinasti Shang
terjadi pada 1766-1122 SM, dan pada Dinasti inilah awal dari masa Sejarah
China, dimana pada Dinasti Shang meninggalkan bukti tertulis sebagai bukti dari
sebuah kerajaan. Pada dinasti Shang ini merupakan awal perkembangan yang sangat
pesat dari China, dengan mempelajari kesalahan dinasti sebelumnya, mereka
menguatkan perkembangan pada sektor-sektor pembangunan, bahkan pada dinasti ini
telah mengenal perunggu. Pembangunan dinasti Shang terjadi pada awal-awal dari
kerajaan Shang itu sendiri, silih berganti raja mengakibatkan kemelut dan cara
memimpin yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan kemunduran kembali. Kemunduran
yang paling parah adalah saat raja Zhouxin memimpin, dimana sang raja melakukan
pembunuhan-pembunuhan kejam kepada orang bijak. Protes terhadap kekerasan itu
pun berlangsung, dan seorang adipati bernama Ji Chang merelakan dirinya agar
ditangkap untuk menghentikan kekejaman raja, dan pada saat dalam tahanan,
adipati mulai mempelajari seni musik dan menciptakan sebuah karya musikal
berjudul Jiuyoucao. Akhirnya Ji Chang dibebaskan setelah puluhan tahun dalam
penjara. Setelah keluar dari penjara, Ji Chang membentuk pasukan untuk
memerangi kerajaan Shang, dan dari situlah hancurnya dinasti Shang. Pada
dinasti inilah perkembangan Seni Musik mulai terbentuk.
Dinasti selanjutnya adalah dinasti Zhou,
dinasti Zhou terkenal dengan ajaran filsafatnya seperti Kong Fuzi,
Konfusianisme, Daois, Legalisme, Mozi, Perang Sunzi. Pada zaman ini juga telah
mengenal sistem mata uang. Bila pada dinasti Shang mulai terbentuk Seni Musik,
pada dinasti Zhou, seni musik berkembang pesat, hal itu terbukti dengan
ditemukannya beberapa perangkat alat musik lonceng. Alat musik tersebut
terbentuk atas tiga belas lonceng dan diletakan di makam bagian depan. Penemuan
lainnya adalah lonceng pada makam bangsawan di abad 5SM, yaitu ditemukan 65
lonceng yang tersusun perbagian, balok teratas berisikan 19 lonceng, tingkatan
tengah 33 lonceng, terbawah 13 lonceng. Hal tersebut menyimpulkan bahwa para
bangsawan sangat mencintai musik. Dinasti Selanjutnya adalah Dinasti Qin, pada
dinasti sebelumnya, sistem kerajaan lebih berbentuk otonom, sehingga muncul
kerajaan-kerajaan lain, tetapi pada masa dinasti Qin ini, semua kerajaan dan
daerah mulai bersatu menjadi cikal bakal Negara China. Ying Zheng merupakan
pemersatu semua daerah dan menamakan dinasti Qin sebagai pusat dari semua daerah.
Dinasti selanjutnya adalah Dinasti Han, Dinasti ini melanjutkan sistem
pemersatu daerah kekuasaan dinasti Qin yang gagal karena adanya pemberontakan.
Pada Dinasti ini, Liu Bang sebagai raja Dinasti Han menjadikan semua saudaranya
sebagai gubenur dari semua daerah kekuasaannya. Hancurnya dinasti Han terjadi
karena konflik internal serta kurang bijak dan dewasanya para gubenur utusan
Dinasti Han yang mengakibatkan intrik istana, pemberontakan masyarakat seperti
kelompok topi kuning, suku barbar Qiang, dan Kudeta dari Cao Bei yang
mendirikan Dinasti Wei. Pada Dinasti Han terbentuk seni arsitektur, lukis,
kesusastraan, dan pembentukan sebuah departemen musik bernama Yuefu, yang
bertugas mengumpulkan nyanyian dan sajak pada masyarakat, dan dinyanyikan pada
malam hari. Yeufu juga bertugas mengumpulkan semua alat musik dari segenap
penjuru China. Pada masa Dinasti Han, mulai masuknya juga Agama Buddhis.
Masa selanjutnya adalah pecahnya lagi
kekuasaan atas satu pemerintah pusat, pada masa selanjutnya timbul tiga
kerajaan, yakni: kerajaan Wei, Shu dan Wu. Ketiga kerajaan itu berkembang
dengan sendirinya, tetapi tetap ada saja konflik daerah kekuasaan dan konflik
tersebut terpecah pada saat penyerangan kerajaan Shu oleh Kerajaan Wei, tetapi
pada akhirnya Kerajaan Wei kandas dan dikuasai Kerajaan Shu, selanjutnya
Kerajaan Shu juga mengkudetakan Kerajaan Wu, dan mulai bersatunya kembali
ketiga daerah tersebut. Bersatunya kembali ketiga kerajaan tersebut membuat Wei
menjadi penguasa utama, tetapi karena kudeta dari salah satu menterinya yang
bernama Sima Yan, Sima Yan menguasai kerajaan dan mendirikan Dinasti Jin. Sima
Yan mati dan digantikan oleh anaknya yang menderita keterbelakangan mental,
karena tidak dapat mengatur dinasti, dan kelaparan dimana-mana, selirnya pun
lah yang memegang kekuasaan Dinasti Jin. Sang Selir dalam pemerintahannya
sangatlah kejam dan sembarangan, sehingga pemberontakan pun muncul, dan
penggulingan tahta terjadi. Akhirnya pembagian Dinasti didasarkan pada daerah
yakni Utara dan Selatan, hal ini lah yang membuat banyak perubahan dan
perkembangan di masing-masing daerahnya. Utara dan Selatan mempunyai sistem
yang berlainan, seperti ajaran, ilmu dan banyak lagi. Pada masa inilah
Buddhisme menjadi ajaran utama, dimana Dinasti utara lebih gencar pada
pembuatan patung dan kesenian lainnya dibanding selatan. Pada masa ini muncul
sajak Mulan yang sempat diangkat menjadi sebuah kartun Hollywood. Dinasti Utara
dan Selatan terjadi beratus-ratus tahun, dan diwarnai dengan perselisihan dan
peperangan. Masa kekacuan itu akhirnya bisa diakhiri oleh Sui Wendi, dan dari
situlah penyatuan antara utara selatan terjadi dengan pembentukan dinasti Sui
sebagai pusat pemerintahan. Hancurnya dinasti Sui adalah pada saat
bertengkarnya sang anak dalam rangka memperebutkan kekuasaan sehingga
menjadikan kekacauan Negara dan keruntuhan dinasti. Dinasti selanjutnya adalah
Dinasti Tang, Dinasti ini berdiri pada th 618-906, pada dinasti ini mulai masuk
pengaruh Asia Barat dengan masuknya Agama Islam di China. Dalam perkembangan
kemajuan kebudayaan, Dinasti Tang sangat pintar dalam teknologi dan
pengetahuan, dengan pembentukan jembatan berpola, kereta yang ditarik lembu, teknik
cukilan kayu, pengobatan, kesenian seperti pahat, puisi, filsuf dan banyak
lainnya.
Runtuhnya Dinasti Tang memecah kembali
daerah-daerah di China menjadi 5 dinasti dan 10 kerajaan, dengan berdirinya
sistem dinasti dan kerajaan tersendiri, terbagi lagi atas China Utara dan
Selatan, dimana China Selatan lebih baik dalam perekonomian, pemerintahan dan
kebudayaan, hal tersebut dikareanakan sistem pemerintahan Negara sendiri.
Sedangkan China Utara dikuasai bangsawan-bangsawan yang terkadang semena-mena.
Pada akhirnya banyak penduduk dari China Utara yang berpindah domisili ke China
bagian selatan. Pada saat itu tidak dihindarkan kekacauan serta perang yang
juga terjadi, dan pada akhirnya peperangan dapat dihentikan dan China
dipersatukan kembali oleh Dinasti Song. Dinasti Song bertempat di China Utara,
tetapi karena banyaknya kekacauaun yang terjadi akhirnya Dinasti Song berpindah
tempat ke China bagian selatan yang lebih kondusif keadaannya. Kekacauan di
Utara terjadi karena pemberontakan bangsa Mongol, dan puncaknya dibawah Genghis
khan, Mongol menguasai China dan meruntuhkan Dinasti Song lewat cucunya. Masa
Genghis Khan dan khan-khan lainnya merupakan masa kejayaan mongol, dimana
mereka telah menguasai hingga benua Eropa. Genghis Khan mendirikan Dinasti Yuan
di China, Dinasti ini merupakan dinasti pertama di China yang didirikan oleh
bangsa Mongol. Kubilai Khan merupakan pemimpin dari dinasti ini. Runtuhnya
Dinasti Yuan diawali dengan bencana, wabah penyakit yang muncul hingga
pemberontakan dari masyarakat. Pada masa Dinasti Yuan, Perekembangan Seni
sangat maju, dimana muncul drama yang merupakan awal dari opera peking yang
menggabungkan unsur nyanyian, tari dan dialog yang diiringi alunan musik.
Banyaknya pemberontakan memaksa Dinasti
Yuan mundur ke utara, Dinasti Ming terbentuk di bagian Selatan china. Pada
Dinasti ini, Tibet menjadi perhatian utama dari raja, pembangunan mulai
digalakan, para biksu tibetpun dipanggil dalam acara keagamaan. Pada Dinasti
Ming sangat tertarik pada arsitektur dimana timbul bangunan megah seperti
Istana terlarang, Kuli Surgawi. Hal lainnya adalah pada novel-novel yang
diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Pada Dinasti Ming, sang kaisar Zheng He
senang berlayar mengarungi samudra hingga Mogadishu. Runtuhnya dinasti ming
dikarenakan oleh penyerangan yang dilakukan ke bagian China Utara, tetapi yang
terjadi malah sebaliknya, dimana pasukan Ming dipukul mundur dan dikuasai oleh
bangsa Manchu, dan bangsa Manchu mendirikan Dinasti Qing. Dinasti China
terkahir adalah Dinasti Qing yang terbentuk pada tahun 1644-1922. Dinasti ini
memang dinasti asing di China, karena dinasti ini didirikan oleh Bangsa Manchu,
bukan bangsa China. Bangsa Manchu pada dinasti Qing mulai menguasai China
secara keseluruhan, dengan cara mengambil simpati masyarakat dengan menguburkan
raja dari Dinasti Ming, dan membunuh pemberontak. Kekuasaan Dinasi Qing hanya
berada di China Utara saja, sedangkan China Selatang tetap dikuasai oleh bekas
pasukan kerajaan Ming. Dinasti Qing dipimpin oleh pemerintahan Shunzhi,
Qianlog, Jiajing, Daoguang. Pada masa dinasti ini, terjadi perang candu, dimana
Candu yang telah masuk pada abad 15 tetapi dibatasi menjadi tidak terbatas
karena masuknya ekspor illegal dari Bangsa India, Candu akhirnya melemahkan
bangsa China. Inggris pun turut mengekspor Candu untuk China, tetapi pada
akhirnya China dapat memberhentikan ekspor tersebut, Inggris pun diusir, lalu
mereka membalas dengan membombardir laut tenggara China dan menguasai China
Tenggara. Pada Dinasti Qing inilah mereka menghadapi Inggris dan Amerika.
Perang antara China dan Jepang pun terjadi, dimana pada saat itu Jepang
menyerang dan menguasai Korea, China sebagai Negara pelindung Korea berperang
melawan Jepang. Dinasti Qing akhirnya runtuh oleh pemberontakan-pemberontakan
bangsa China, dan pada akhirnya berdirilah Republik China, gejolak pun masih
terjadi, Paham Komunisme dan penyatuan kembali China pun terbentuk, setelah
mengalami beberapa saat akhirnya Republik Rakyat China pun terbentuk hingga
menjadi China yang sekarang.
- Musik Etnik China
Musik Etnik China, telah berkembang
sejak lama, hal tersebut dibuktikan dengan telah mengenalnya musik oleh Dinasti
Zhou sejak 1122SM[1].
Walaupun dalam penggunaan masih terbatas pada ritual dan keagamaan. Kendatinya
China telah mengenal musik sejak Dinasti Shang, dinasti sebelum Zhou, tetapi
tidak ada bukti tertulis dari Dinasti tersebut yang bisa dijadikan bukti. Maka
tak heran bila halnya banyak sekali alat musik tradisional dari Negeri
tersebut. Ling Lun, adalah orang yang pertama disebutkan sebagai Bapak Musik
China, karena dia telah berhasil merubah sebuah bamboo menjadi sebuah seruling.
Dalam kebudayaan China Kuno, Musik lebih ditujukan sebagai penggunaan alat
terapi bagi para filsuf China, karena bagi mereka, musik merupakan sebuah karya
seni yang disinyalir mempunyai kekuatan untuk menenangkan dan mengontrol emosi
bagi orang yang mendengarkan. Maka itu keberadaan Musik tadinya sebagai
penenang masyarakat dan ritual, bukan sebagai hiburan masyarakat.
Pada awal perkembangannya, musik
dianggap suci karena konteks yang tertera pada musik itu sendiri, dimana musik
digunakan sebagai alat dari hal-hal suci. Musik hanya diperdengarkan di
keluarga Kerajaan dan Bangsawan, bagi mereka yang bukan siapa-siapa maka tidak
akan mengenal musik. Bahkan pada saat itu, jikalau ada pemusik yang menggunakan
musik sebagai alat hiburan maka si pemusik akan dikucilkan dan ditempatkan
sebagai mereka yang mempunyai kasta paling rendah[2].
Maka itu berpengaruh pada karakter dari musik China itu sendiri yang dapat
dikatakan sebagai musik yang damai dan tenang, hal tersebut dapat dibuktikan
bila kita mendegar musik-musik Kitaro kini. Biasanya dahulu para pemain musik adalah para
petapa dan pengembara yang sering mencari kedamaian dari alam.
Alat musik tradisional China menggunakan
tangga nada pentatonic, sehingga bukan seperti halnya alat musik barat yang
diatonic. Alat Musik China dalam permainannya dapat dimainkan solo ataupun
beregu yang tergabung dalam sebuah orkes. Sebagai musik Timur, musik china
tidak menggunakan partitur dalam permainannya, mereka yang memainkan biasanya
telah belajar bertahun-tahun dan menghapal musik tersebut. Tetapi dengan
masuknya kebudayaan barat yang mempartiturkan semuanya maka musk China mulai
ditranskrip dalam sebuah partitur. Adapun alat Musik Etnik China yang dibagi
atas cara memainkan, sumber bunyi dan fungsi dari alat musik tersebut[3].
Bila berdasarkan cara memaikannya, alat musik tersebut dibedakan atas gesek dan
petik. Alat musik gesek tersebut yakni:
Erhu, yaitu sebuah Rebab China yang pada badan alatnya menggunakan kulit ular
sebagai membrane Erhu menggunakan dua senar, yang digesek dengan penggesek
terbuat dari ekor kuda. Gaohu, merupakan alat musik yang sejenis dengan Erhu,
hanya dengan nada yang lebih tinggi. Gehu, sebuah alat musik gesek untuk nada
rendah, seperti Cello. Banhu, merupakan sebuah Rebab China dengan badan terbuat
dari batok kelapa dengan papan kayu sebagai membrannya. Sedangkan alat musik
Petik dibagi atas: Liuqin, yakni alat musik petik kecil yang bentuknya seperti
buah pir dengan empat senar. Yangqin merupakan alat musik yang memiliki banyak
senar, cara memainkannya dengan cara dipukul dengan stik bambu sebagai
pemukulnya. Pipa sebuah alat musik petik yang berbentuk buah pir dengan empat
atau lima senar. Ruan, yakni sebuah alat musik petik yang berbentuk bulat
dengan empat senar. Sanxian merupakan alat musik petik dengan badan terbuat
dari kulit ular dan dengan leher yang panjang, alat musik ini memiliki tiga
senar. Guzheng, sebuah Kecapi yang memiliki 16 - 26 senar.dan Konghou sebuah
Harpa China.
Sedangkan
alat musik yang dibagi atas sumber bunyinya dibedakan atas tiup dan perkusi:
alat musik tiup tersebut yakni: Dizi merupakan sebuah suling dengan menggunakan
membran getar. Suona yaitu sebuah terompet China. Sheng, sebuah alat musik yang
menggunakan bilah logam dengan tabung-tabung bambu sebagai penghasil suara.
Xiao merupakan sebuah Suling. Paixiao yaitu sebuah pipa pen, dan Gudi sebuah
seruling kuno yang terbuat dari tulang. Alat musik lainnya yang dibedakan atas
sumber bunyi adalah jenis perkusi, yakni: Paigu, yaitu sebuah Gendang yang terdiri dari satu set yang
berisikan empat atau lebih. Dagu merupakan sebuah tambur besar. Chazi, sebuah
Simbal atau cengceng. Luo merupakan sebuah gong. Muyu merupakan sebuah kecrek
terbuat dari kayu. Alat musik selanjutnya adalah alat musik yang dibedakan atas
fungsinya, fungsinya disini dibagi atas aerophone, chordhophone, membranophone,
idiophone dan metallophone. Dibagi atas aerophone yakni: Dizi, merupakan sebuah
suling bambu dengan selaput lebah dengan bentuk melintang. Xiao, yaitu sebuah
flute yang disebut juga dengan dongxiao. Chi merupakan sebuah suling bamboo berbentuk
melintang. Xindi, sebuah suling modern melintang yang mempunyai 21 lubang.
Koudi, yaitu sebuah suling bamboo melintang yang berukuran sangat kecil. Suona sebuah
terompet China.
Dibagi
atas chordhophone yakni: Yazheng sebuah sitar yang disebut juga sebagai yaqin.
Konghou sebuah Harpa China. Guzheng merupakan kecapi yang memiliki 16 - 26
senar. Leiqin, sebuah biola dengan tuts piano. Pipa, merupakan Alat musik petik
berbentuk buah pir dengan 4 atau 5 senar. Dibagi atas membranophone, yakni:
Bofu, yaitu sebuah drum kuno yang digunakan untuk mengatur tempo. Tanggu,
merupakan sebuah drum berukuran barel dan dimainkan dengan dua sticks; juga
disebut tonggu atau xiaogu. Yaogu, sebuah drum pinggang. Bajiao gu merupakan sebuah
rebana bersegi delapan yang digunakan sebagai pengantar naratif dalam bernyanyi
dan biasanya digunakan di utara Cina. Paigu, sebuah gendang yang terdiri dari
satu set yang terdiri dari empat atau lebih.
Dibagi
atas idiophone, yakni: Luo, sebuah gong. Zhu, merupakan sebuah kotak kayu yang
dimainkan dengan memukulkan tongkat pada bagian dalam dan biasanya digunakan
untuk menandai awal musik dalam upacara kuno musik. Yu, sebuah instrumen ketuk
kayu berukir dalam bentuk tiger dengan bergerigi, digunakan untuk menandai
akhir musik. Muyu – sebuah kotak kayu yang diukir dalam bentuk ikan, dipukul
dengan tongkat kayu dan sering digunakan dalam keagamaan Buddha. Paiban sebuah
bandul lonceng yang terbuat dari beberapa potong kayu datar. Dibagi atas metallophone,
yakni: Dangzi sebuah gong kecil berbentuk flat, tuned gong ditangguhkan oleh
sutera yang diikat dengan tali dalam bingkai logam bundar yang terpasang pada
kayu tipis, alat ini juga disebut dangdang. Bianzhong, merupakan sebuah bel perunggu
yang berbentuk rak dan digantukan menggunakan tiang. Genderang perunggu dan Luo
sebuah Gong.
Alat-alat
musik tersebutlah yang berkembang dan digunakan di China hingga sampai saat
ini. Untuk mengetahui lebih lanjut, juga akan dibahasa beberapa alat musik
China yang populer hingga saat ini. Alat musik tersebut adalah:
Guzheng (古筝)[4],
sebuah kecapi Cina atau siter yang merupakan
alat musik tradisional Cina yang paling populer. Guzheng atau Zheng mempunyai
bentuk seperti kotak yang cembung dan terbuat dari kayu sebagai kotak suara, diatasnya
terbentang 21 senar. Biasanya bersenar antara 12- 26 senar. Di tengah senar
tersebut ditempatkan pengganjal yang dapat digeser untuk menaikan atau
menurunkan frekuensi nada. Senar-senar tersebut di setel pada nada pentatonis
China yang terdiri dari nada : do, re, mi, sol dan la. Adapun sejarah dari
Alat musik Zheng ini, dimulai dengan Si Maqian ahli sejarah zaman dinasti Han
menulis bahwa sebelum dinasti Qin, Guzheng sudah menjadi alat musik popular
untuk mengiringi lagu. Guzheng pada awalnya hanya memiliki 5 senar. Pada zaman
dinasti Qin dan Han jumlah senarnya menjadi bertambah menjadi 12. Pada zaman
dinasti Ming dan Qing jumlahnya bertambah lagi menjadi 14 – 16 . Standar
Guzheng sekarang ini digunakan sejak tahun 1970 terdiri dari 21 senar. Zheng ini mulai digunakan sejak 475-221 SM.
Guzheng dimainkan dengan cara dipetik. Jari-jari untuk memetik memakai alat
bantu berupa kuku palsu terbuat dari tempurung kura-kura atau plastik. Tangan
kanan umumnya dipergunakan untuk memainkan melodi, sedangkan tangan kiri untuk
memainkan chord.
Chin, merupakan sebuah alat musik yang cara
penggunaannya dengan cara dipetik. Chin adalah sebuah siter yang telah ada
sejak dinasti Tang. Tepatnya adalah pada tahun 618-907. Sama pentingnya dengan
Zheng, Chin merupakan alat musik yang sangat dihargai hingga kini. Berbeda
dengan Zheng, China hanya mempunyai 7 dawai. Pada Chin tidak menggunakan Fret
dan Bridge, tetapi Chin menggunakan kancing mutiara untuk menandakan
batas-batas suara. Chin dalam penggunaannya dapat menggunakan kuku tangan atau
alat bantu petik untuk memetik dawai-dawai tersebut. Chin telah tercatat
sebagai kekayaan budaya China oleh Unesco di tahun 2003.
Xiao
(箫), merupakan sebuah alat musik tiup atau suling yang terbuat
dari bambu. Xiao sering disebut sebagai fluet China. Keberadaan Xiao telah ada
sejak Dinasti Ching pada tahun 1649-1911). Dahulunya Xiao terbuat dari tembaga
atau pualam. Xiao terbuat dari bambu yang berwarna cokelat tua. Dalam
penggunaannya, Xiao banyak digunakan para masyarakat di Qiang. Nada dasar dari
Xiao adalah G. Xiao yang tradisional mempunyai enam lubang tangan, tetap Xiao
yang modern mempunyai delapan lubang tangan. Panjang dari Xiao sekitar
45cm-1,25m, tetapi biasanya berukuran 75-85cm saja.
Alat Musik lainnya adalah, Dizi (笛子)[5]. Dizi adalah nama sebuah alat musik tiup berupa seruling
horizontal yang berasal dari Cina. Dizi berawal dari Asia Tengah dan masuk ke
Tiongkok pada 2 SM dan merubah bahan dasar Dizi menjadi bambu. Saat itu Dizi
terbuat dari tulang. Sebelum Dinasti Han, Dizi yang pada masa itu disebut Di
mengacu pada seruling vertikal. Kemudian pada masa Dinasti Tang barulah
diadakan perbedaan yaitu nama Di untuk seruling horizontal dan Xiao untuk
seruling vertikal. Pada abad ke 7 M, sebuah selaput ditambahkan dan namanya
berubah menjadi Dizi. Dizi modern memiliki 12 lubang yang terdiri dari satu
lubang untuk meniup, satu lubang membran, enam lubang untuk memainkan, empat
lubang untuk memperbaiki tinggi rendah nada dan memasang pajangan. Berbeda
dengan Xiao, Dizi memiliki nada jernih dan bergema sehingga cocok untuk
mengekspresikan irama gembira dan dapat meniru suara burung-burung yang
berbeda.
Adapun musik-musik China yang populer dan masuk ke
Indonesia, alat musik tersebut dibawa oleh para pedagang China. Alat-alat musik
tersebut adalah: Erhu (二胡) (Stock,1993:84-87), Erhu merupakan alat musik tradisional
China yang paling populer disamping Guzheng dan Xiao, Erhu merupakan jenis
rebab. Alat musik gesek ini juga dikenal dengan istilah huqin yang
berarti "alat musik orang barbar", hal tersebut dikarenakan alat
musik tersebut diperkenalkan oleh orang barbar yang berasal dari Asia Tengah. Huqin
telah berumur sekitar 500 tahun. Mulai populer pada zaman dinasti Sung
(960-1279), yang kemudian berlanjut ke zaman dinasti Ming (1368-1644) dan
dinasti Qing (1644-1911) dan dalam pergantian dinasti, huqin telah
berkembang menjadi bermacam-macam jenis, termasuk erhu. Erhu pada dasarnya
telah ada sejak dinasti Tang, dan mulai dari situlah Erhu mengalami
perkembangan. Pada mulanya, erhu menggunakan dua senar yang terbuat dari sutra,
tetapi sekarang erhu menggunakan senar dari logam. Erhu biasanya menggunakan
membran dari kulit ular piton, tetapi ada juga yang menggunakan bahan lain.
Kotak suara berbentuk segi enam, segi delapan, atau bulat. Kotak suara ini juga
bervariasi ukurannya, semakin besar ukuran kotak suaranya maka bunyi bass yang
dihasilkan semakin besar dan begitu pula sebaliknya. Erhu digesek dengan busur
yang terbuat dari bambu dan rambut ekor kuda, ekor kuda itu ditempatkkan
diantara kedua senar sehingga memudahkan perpindahan menggesek antara kedua
senar. Erhu biasa disetel dengan nada D - A atau C - G. Erhu dipercaya berasal
dari orang Xi. Erhu biasa ditemani dengan kendang dan iringan orkes atau
lainnya.
Alat musik lainnya adalah Yang Chin , Yang Chin
merupakan sebuah alat musik yang memiliki banyak senar. Alat musik ini
merupakan alat musik yang unik dalam penggunaannya, hal tersebut dikarekanan
dalam memainkannya senar akan dipukul dengan stik bambu. Yang Chin juga sering
disebut Harpa kupu-kupu. Senar dari harpa ini berjumlah antara 30-50 Senar.
Stik bambu yang digunakan sebagai pemukul tidaklah terlalu besar, hanya stik
kayu tipis, hal tersebut dilakukan agar menghindari putusnya senar.
Alat musik lainnya adalah Suona, Suona merupakan
sebuah terompet kayu dengan bell logam dibagian tiup dan pengeluar suaranya.
Suona memiliki tujuh sampai delapam lubang. Lubang-lubang tersebut berjejer,
terdapat lubang lainnya yang terletak di balik lubang depan dan lubang di kiri.
Suona merupakan terompet kebanggan miliki China. Suona merupakan alat musik
yang sangat ekspresive, hal tersebut bisa dilihat dari bentuk alat musik yang
terdapat conical metal, dan suaranya yang nyaring. Suona terdapat dalam
berbagai ukuran, baik besar maupun kecil. Biasanya Suona digunakan dalam
acara-acara seperti pernikahan, kematian, dan acara-acara lainnya. Suona, telah
digunakan dalam lokal opera di Hebei, Shandong, Liaoning, Shaanxi, dan propinsi
Guandong. Suona merupakan alat musik yang vital dalam penggunaan dalam
acara-acara rakyat.
Guandong Musik, seperti nama depannya, Guandong
terletak di Selatan China, tepatnya terletak di pantai tenggara China, dekat
dengan Yunan dan Taiwan. Dari daerahnya, Guandong merupakan daerah masyarakat
pesisir, yang notabene lebih sering menerima kebudayaan baru dari para
pendatang. Guandong terletak di China Selatan. Lagu dari Guandong yang terkenal
adalah Niao Tao Lin, Komposisi dari Yi Jian pada tahun 1929. Guandong Musik
bisa dikatakan sebagai sebuah orchestra, dimana didalam musik ini terdapat
banyak jenis alat musik untuk membentuk sebuah simfoni yang indah. Alat musik
tersebut seperti halnya, Zheng, Erhu, Suona, Xiao, Paigu, Chazi dan Luo.
Keberagaman alat musik dibawa oleh para masyarakat yang lewat atau hendak
berlayar sehingga keberagaman alat musik menjadi kekayaan dari Guandong musik
tersebut.
Itulah beberapa jenis alat musik hingga diakhiri
dengan sebuah orchestra, dimana alat musik tersebut merupakan alat musik
populer dan beberapa alat musik yang eksis dan digunakan di Indonesia.
Alat-alat musik tersebut bernadakan nuansa damai dan tenang, hal tersebut
dikarenakan dimainkannya alat musik tersebut oleh petapa atau pengembara, dan
jenis inspirasi dari alat musik China lebih pada kekayaan Alam. Penggunaan alat
musik juga beragam, tetapi sebagian besar alat musik digunakan pada acara
keagamaan atau acara kebudayaan lainnya, seperti pernikahan, penguburan
jenazah, karnaval masyarakat, perayaan hari besar, dan banyak lagi. Seperti halnya
ditemukannya sebuah lonceng di depan sebuah makam pada Dinasti Zhou. Keberadaan alat-alat musik ini digunakan
hingga sekarang, sehingga eksistensi dari alat-alat musik ini tidak diragukan
dalam performa dan karya yang terus diturunkan dari generasi ke generasi. China
sangat menghargai dengan musik tradisi mereka, dan mereka tetap memanfaatkan
dan melindungi alat-alat musik tersebut.
Pada dasarnya ada pembagian yang sangat mendasar
dari musik-musik tersebut, seperti yang telah dijelaskan pada bagian sejarah
China, dimana China sejak dahulu telah terbagi atas China bagian Utara dan
China bagian Selatan, adanya perbedaan cara pemerintahan, kebudayaan hingga
iklim, membuat China Utara dan Selatan hingga kini terus berbeda, seperti
halnya adalah cara memasak, di China
Utara mereka lebih menggunakan arak, sedangkan Selatan lebih pada minyak. Hal
tersebut dikarenakan suhu udara yang berbeda sehingga menuntut mereka untuk
lebih menghangatkan diri, dan juga ada pada rasa dari makanan, sehingga sangat
berbeda dari China Utara dan Selatan. China Utara lebih terpengaruh dengan
kawasan bangsa Mongolia di saat beberapa dinasti yang lalu, China Utara juga
kerap diperebutkan oleh para penjajah bahkan mereka juga telah membuat Dinasti
di China. Tetapi mereka tetap tidak bisa saja menguasai secara keseluruhan
bagian China Selatan, dimana China Selatan merupakan gabungan beberapa
kebudayaan China dari masyarakat China dan kebudayaan lain yang masuk lewat
pesisir, dan China selatan merupakan pusat peradaban masyarakat Tiongkok. Hal
tersebut dibuktikan dengan kekuasaan Dinasti terkahir China sebelum menjadi
Republik, dimana China Utara tidak dapat menguasai China Selatan. Sebenarnya
belum ada batasan yang tepat dalam memisahkan kedua bagian China ini, tetapi
Sungai Yangtze dianggap dapat mewakili perbatasan dari kedua wilayah. China
Utara pada dasarnya diaktakan sebagai China Proper karena telah menjadi benteng
perdaban China dan Konfusianisme, China Selatan lebih kepada Independent dari
bangsa China dan mereka mempunyai kebudayaan serta bahasa yang berbeda dengan
China Utara. Anggapan bahwa China Utara lebih memiliki identitas China karena
China Utara hanya terjadi perputaran budaya akan China, Mongol, dan bangsa
lainnya yang tidak jauh dari China Utara, sedangkan China Selatan karena
merupakan pesisir, tidak dihindari ada kebudayaan yang masuk lewat pesisir.
Adapun perbedaan dari masyarakat China Utara dan
China Selatan (Floyd,2008:59), karakteristik dari China Utara adalah berbadan
tinggi dan tegap, mata lebih kecil dan kelompok mata tunggal warna kulit lebih
gelap, gaya bahasa yang digunakan adalah mandarin, makanan mereka lebih pada
mie, dan sejenis gandum, semua makanan yang berbasis pertanian, tetapi beras
tetap bukan yang menjadi utama. Sedangkan karakteristik orang China Selatan
adalah, sedikit lebih pendek dan ramping pada bentuk tubuh, mempunyai kelopak
mata ganda, warna kulit mereka lebih pucat, gaya bahasa lebih berbasis daerah
seperti Xiang, Min, Yue, Wu, dll. Makanan mereka adalah beras dan produk dari
laut serta pertanian. Telah terjadi perbedaan yang mendasar antara orang dari
China bagian Utara dan Selatan, dan mereka tetap berkembang dengan sendirinya
dan membentuk perbedaan sekaligus kekayaan kebudayaan China. Sebenarnya, musik
utara dan selatan telah terhubung sejak pada Dinasi Han, dimana pada saat itu
mereka mendirikan sebuah departemen untuk mengumupulkan dan mendokumentasikan
semua alat musik yang beredar dan khas bangsa China, hal tersebut membuktikan
adanya pengenalan antara utara dan selatan dalam bidang musik. Adapun usaha
yang dilakukan untuk menyatukan sebuah bangsa yang memiliki ragam berbeda,
sangat diperlukan tangga nada diatonic dalam menyatukan mereka, seperti halnya
tertuang pada lagu kebangsaan China secara keseluruhan. Musik merupakan bahasa
universal, sehingga dapat menyatukan sebuah perbedaan dan membuat identitas
baru yang lebih berkebangsaan yang tertuang pada lagu kebangsaan.
Adapun pengaruh barat yang masuk pada kebudayaan
China, dimana hal tersebut tertuang pada musik yakni tangga nada diatonic,
alat-alat musik barat, serta teknik vokal dari para penyanyi China. Tangga Nada
diatonic secara bersamaan masuk dengan alat-alat musik barat, hal yang paling
dominan adalah pada lagu kebangsaan dari China, tetapi pada lagu kebangsaannya
tetap mencerminkan etnik China sebagai ciri khas utama, berbeda dengan
Indonesia yang mempunyai lagu kebangsaan yang mengacu pada barat. Sedangkan
pada teknik suara vocal, China mempunyai jenis musik dengan suara yang tipis
pada resonansi atau pada falceto, dan dinyanyikan secara solo. Musik Vocal
dinyanyikan dari ayat, puisi atau sajak-sajak China. Seringkali bahwa penyanyi
solo dalam pertunjukannya ditemani dengan alat musik seperti Zheng, Erhu atau
lainnya. Musik Vocal lainnya adalah pada choir, dimana dinyanyikan secara
bersama-sama seperti halnya Choir barat, adanya choir pada musik China
digunakan pada orchestra atau grup-grup choir tingkat Universitas atau lainnya.
Bagian selanjutnya adalah pada perkembangan Musik
China di Indonesia. Masuknya China ke Indonesia tercatat bahwa disaat Kubilai
Khan menginvansi jawa pada tahun 1923. Tetapi bukti lainnya yang lebih awal
membuktikan bahwa, pedagang China Islam telah datang sejak tahun 1405, bahkan
ada kemungkinan sebelumnya. Pedagang China tersebut dipimpin oleh pelaut Cheng
Ho yang mengadakan ekspedisi ke asia tenggara, dalam buku The Overall Survey of The Ocean’s Shores, menjelaskan bahwa telah
terjadi kegiatan muslim China , mereka menetap di pantai utara Jawa dalam
berdagang. Keberadaan China di pantai Utara memang dibuktikan dengan adanya
kuil Cheng Ho di Semarang. Keberadaan China di telah berkembang sejak dahulu
hingga sekarang. Purcell menjelaskan bahwa pada tahun 1860 di pulai Jawa dan
Madura, penduduk China berjumlah 149, dan pada tahun 1930 penduduk China telah
berjumlah 582, populasi tersebut hanya terbatas pada pulau Jawa, bila halnya
dalam skala Indonesia, pada tahun 1860 populasi China berjumlah 221, sedangkan
pada tahun 1930 penduduk China telah berjumlah 1.233 (1951:443), terjadi
peningkatan yang besar dalam jumlah penduduk yang terbagi atas kedatangan dan
peranakan China di Indonesia.
Dengan menetapnya masyarakat China di Indonesia,
mereka turut membawa kebudayaan mereka sebagai identitas mereka, dan salah satu
bukti adalah adanya alat musik etnik china yang berkembang di Indonesia,
seperti Erhu, Yang Chin, bahkan Zheng. Terjadi benturan kebudayaan, tetapi bagi
kebudayaan yang bisa diterima maka kebudayaan luar akan masuk dan menetap di
origin kebudayaan. Hal tersebut juga terjadi seperti yang terdapat di China,
Musik barat yang terdapat di China, dan Musik China yang terdapat di Indonesia,
pada penggunaan musik luar akan dikonstruksi ulang dalam penggunaan dan akan
didasarkan pada kebudayaan setempat. Sehingga musik-musik luar akan diadaptasi
dan disesuaikan dengan kebudayaan setempat, dan menciptakan alat musik baru
dengan nilai “bentuk dari kebudayaan luar, tetapi makna dari kebudayaan dalam”.
Dari jenis pengelolaan musik maka tercipta musik yang asli dari kebudayaan
luar, dan musik yang adaptasi dari kebudayaan luar dengan tatacara budaya
kebudayaan setempat. Pada kedua jenis evolusi musik tersebutlah yang memperkaya
musik dunia. Kebudayaan setempat merupakan filter dari kebudayaan luar, dan
kebudayaan lokal akan mengkonstruksi ulang kebudayaan yang masuk sesuai yang
diperlukan dengan cara mengadaptasi atau mengambil contoh asli dari kebudayaan
luar asalkan dapat diterima kebudayaan lokal.
C.
Kesimpulan
Musik Etnik merupakan kekayaan dari
sebuah kebudayaan, dimana musik etnik menjadi saksi bisu dari perkembangan dan
pembangunan sebuah kebudayaan. Musik Etnik dapat dibuat karena adanya konteks
yang mendukung dari hal tersebut, adanya keterkaitan yang sangat kuat antara
teks dan konteks, membuat eksistensi sebuah kesenian tetap terjaga. Dengan
menjaga musik etnik, berarti si individu menghargai sejarah dan karya
kebudayaan. Begitupun demikian dengan Musik Etnik China, China dalam pembuatan
musik dan perkembangannya juga mengalami sejarah yang panjang, dimulai sejak
dinasti Zhou yang ditemukan sebuah lonceng di depan kuburan para bangsawan dan
kerajaan hingga detik ini. Penggunaan dari musik didasarkan pada kegunaan dan
fungsinya, dimana lonceng yang ditemukan di dinasti Zhou untuk acara
penguburan, dan alat musik seperti erhu untuk perkawinan dan sebagainya, serta
musik-musik yang digunakan untuk acara keagamaan. Musik Etnik mempunyai fungsi
masing-masing dalam keberadaanya, dan perkembangannya terkadang harus
disesuaikan lagi pada konteks yang ada sehingga terkadang ada pergeseran makna
dan nilai penggunaan bagi alat musik etnik. Teks dan konteks dari musik
merupakan hal yang utama, dan hal tersebut tidak dapat dipisahkan begitu saja,
bilamana dipisahkan berarti akan berbeda dengan origin dari musik tersebut.
Persebaran Musik Etnik di China dibagi
atas dua kebudayaan, yakni China Utara dan Selatan, dimana pada kedua
kebudayaan tersebut menyimpan nilai dan kekayaan dari masing-masing kebudayaan.
Perbedaan sebuah kebudayaan satu dengan yang lain kerap terjadi, tetapi dalam
menyatukan sebuah kebudayaan perlu diberikan sebuah garis batasan yang sama,
dimana perbedaan kebudayaan yang dijadikan kekayaan, tetapi disisi lain
perbedaan kebudayaan dapat disatukan. Musik etnik China dalam perkembangannya
juga mengalami banyak pengaruh, baik dari luar atau ke luar. Tetapi dalam
perkembangannya, bilamana ada sebuah alat musik baru masuk maka akan
dikembalikan lagi pada kebudayaan setempat, dan ucapkali terjadi adaptasi dari
alat musik tersebut, semua faktor harus dikembalikan lagi kepada kebudayaan
setempat. Sehingga ada musik etnik yang asli dan musik etnik adaptasi, hal
tersebut merupakan persebaran dari kesenian dan kebudayaan. Musik etnik
menyimpan nilai kebudayaan dan histori yang kuat, musik etnik juga tidak dapat
dilepaskan dari teks dan konteks sebuah kebudayaan. Maka itu keberadaan dan
perkembangan musik etnik patut dijaga dan dilestarikan agar nila kebudayaan
dapat menjadi identitas bangsa.
D.
Referensi
Buku:
Eberhard, Wolfram.
1948 A History Of China. London:
Routledge and Kegan Paul Ltd.
Floyd, B.
2008 "Clinal
variation in Chinese height and weight: Evidence from the descendants of
emigrants to Taiwan" . HOMO – Journal of Comparative Human Biology.
Auckland, New Zealand: Department of Anthropology, University of Auckland.
Government
Information Office.
1993 A
Brief Introduction to The Republic Of China. Taiwan: Kao
Chang
Printing Co.
Irhomi, T.O. (ed.)
1980 Pokok-Pokok Antropologi Budaya.
Jakarta: Gramedia.
Koentjaraningrat.
1980 Pengantar
Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Purcell, Victor.
1951 The Chinese in Southeast Asia.
London: Oxford University Press.
Stock, Jonathan.
1993 A Historicall Accont of The
Chinese Two-Stringed Fiddle Erhu,
“Galpin
Society Journal” v.46 (March 1993).
Taniputera, Ivan.
2008 History of China. Yogyakarta:
AR-RUZZ Media.
Perkuliahan:
Bahan Perkuliahan Prof. Victor Ganap
pada Kelas Etnomusikologi 1
Internet:
www.cia.gov
diunduh pada 23 Juni 2012
www.anneahira.com
diunduh pada tanggal 23 Juni 2012 pukul 15.43
http://decky28.blogspot.com/2009/08/musik-china-sejarah-perkembangan-musik.html
yang diunduh pada tanggal 23 Juni 2012 pukul 16.03
http://www.bnmc.web.id/index.php?option=com_content&view=article&id=109:3-alat-musik-tradisional-cina-yang-paling-populer&catid=38:others&Itemid=63
diunduh pada tanggal 23 Juni 2012 pukul 15.03
www.nfdaily.cn
diunduh pada tanggal 23 Juni 2012
www.sinohits.net
diunduh pada tanggal 23Juni 2012 pukul
16.56
www.melodyofchina.com
diunduh pada tanggal 24 Juni 2012 pukul 10.32
www.shanghaidaily.net
diakses pada tanggal 23 Juni 2012 pukul 16.48
www.metmuseumorg
yang diundug pada 23 Juni 2012 pukul 17.34
[1]
Lihat halaman 5, penjelasan mengenai Dinasti Zhou yang mengenal Musik.
[2]
www.anneahira.com diunduh pada tanggal
23 Juni 2012 pukul 15.43
[3] http://decky28.blogspot.com/2009/08/musik-china-sejarah-perkembangan-musik.html
yang diunduh pada tanggal 23 Juni 2012 pukul 16.03
[4] http://www.bnmc.web.id/index.php?option=com_content&view=article&id=109:3-alat-musik-tradisional-cina-yang-paling-populer&catid=38:others&Itemid=63
diunduh pada tanggal 23 Juni 2012 pukul 15.03
[5]
http://www.bnmc.web.id/index.php?option=com_content&view=article&id=109:3-alat-musik-tradisional-cina-yang-paling-populer&catid=38:others&Itemid=63
diunduh pada tanggal 23 Juni 2012 pukul 15.03
1 comment:
Terimakasih, artikelnya sangat bermanfaat sekali. Jangan lupa untuk mengunjungi website kami di Konveksi Baju Drumband Surabaya
Post a Comment